Marketnews.id Masih dianggap rendah nya harga suatu saham, memicu manajemen dan pemegang saham utama untuk membeli kembali sahamnya di pasar reguler. Buat pemegang saham utama yang tahu persis isi perut perusahaan, harga murah saat ini menjadi kesempatan untuk membeli kembali. Tentunya untuk dijual kembali saat pasar stabil dan harga naik.
PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), telah meluncurkan program untuk melakukan pembelian kembali (buyback) sahamnya. LPKR telah menyiapkan dana sebesar Rp 75 miliar untuk aksi korporasi tersebut.
Rencananya, jumlah saham yang akan dibeli kembali adalah sebesar maksimal Rp 75 miliar dari modal ditempatkan dan disetor penuh perusahaan atau setara 572 juta saham. Aksi buyback akan dilakukan dalam beberapa minggu ke depan sesuai kebijakan perusahaan.
CEO LPKR John Riady menyampaikan, buyback saham dilakukan mempertimbangkan harga saham yang menarik dan menjadi tepat guna dalam memanfaatkan kas perusahaan.
LPKR terus optimistis dengan kinerja perusahaan mengingat kuatnya fundamental, khususnya mengingat persentase besar dari pendapatan berasal dari recurring income dan didukung RS Siloam.
John menyampaikan, aksi korporasi berupa buyback saham merupakan upaya manajemen menjaga stabilitas laba per saham mengingat kondisi makro ekonomi dan fluktuasi harga saham di Indonesia.
“Aksi korporasi ini merupakan respons perseroan atas relaksasi yang diberikan otoritas jasa keuangan (OJK) menyikapi tekanan yang signifikan yang dialami oleh indeks harga saham gabungan ( IHSG ),” ujar John dalam keterangannya, Kamis (2/4).
Lebih jauh John menjelaskan, bahwa Lippo Karawaci mendukung rencana ekonomi pemerintah untuk menstabilkan perekonomian domestik di saat-saat terdapat tekanan yang besar dan tidak terduga seperti saat ini.
Ia menambahkan, aksi korporasi ini akan menggunakan kas internal perusahaan dan tidak akan mempengaruhi kondisi keuangan LPKR. Saat ini LPKR memiliki modal kerja dan cashflow yang kuat untuk membiayai seluruh kegiatan usaha perseroan.
Lebih lanjut, posisi net debt to equity ratio LPKR juga berada dalam posisi yang kuat di tingkat 21%, terbaik di antara para pesaing.
John Riady mengatakan, selama tiga bulan terakhir, LPKR telah mengambil langkah-langkah untuk memperkuat fleksibilitas keuangan. Menurutnya hal itu nantinya akan membantu dalam menavigasikan perseroan secara efektif untuk melalui suatu situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Dalam masa yang penuh ketidakpastian ini, kami telah membuat sejumlah keputusan yang menempatkan Lippo Karawaci di posisi terbaik bagi para karyawan, pelanggan, dan pemegang saham kami, ”katanya melalui keterangan resmi akhir bulan lalu.
Sebagai informasi, LPKR telah mendapatkan fasilitas pinjaman modal kerja senilai Rp700 miliar dengan bank lokal pada Maret 2020. Pinjaman tersebut akan menyediakan likuiditas tambahan bagi Perseroan.
Namun di sisi lain, John juga berniat mengurangi sejumlah biaya operasional pada tahun fiskal 2020. Efisiensi juga akan menargetkan pengurangan lebih lanjut dalam belanja modal dan modal kerja.
“Kami juga menyesuaikan strategi lindung nilai di awal kuartal I/2020 ketika nilai tukar berada pada Rp13.700 per US$. Kami menghasilkan sekitar US$60 juta dengan memindahkan hedging kami dari Rp15.000 ke Rp17.500 untuk nilai pokok obligasi kami,” ujarnya.
Selain itu perseroan telah mengumumkan pengurangan jam operasional di berbagai mal-mal dan hotel-hotel. Aksi ini akan menghasilkan strategi penghematan biaya untuk tiga bulan ke depan.
“Ke depannya, bisnis-bisnis kami akan terus melayani para pelanggan sembari secara aktif mempromosikan dan mengedukasi pelanggan tentang praktik menjaga jarak sosial dan kebersihan,” pungkasnya.