MarketNews.id-Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), longsor 214,85 poin atau -3,32 persen ke level 6.270,6 pada penutupan akhir pekan ini, Jumat 28 Februari 2025.
Bahkan IHSG sempat menyentuh level terendah pada perdagangan hari ini di level 6.246,27 dan tertinggi di level 6.447,88.
Berdasarkan data IDXmobile, investor melakukan 1.252 juta kali transaksi senilai Rp20,64 triliun atas 21,45 miliar saham.
Sebanyak 576 saham menderita tekanan berakhir di zona merah, 274 saham tetap pada harga penutupan kemarin dan 105 saham berhasil menguat.
Saham dengan kapitalisasi pasar besar penekan IHSG antara lain BREN turun 75 poin atau -1,2 persen ke level 6.125; BBCA amblas 100 poin atau -1,2 persen ke level 8.425; TPIA longsor 850 poin atau -11,3 persen ke level 6.700.
Sebaliknya saham berkapitalisasi pasar jumbo penahan laju kerontokan IHSG antara lain BYAN tumbuh 100 poin atau 0,5 persen ke level 19,275. Semua indek tematik dan sektoral tertekan pada sore ini.
Dengan demikian, IHSG telah turun 7,83 persen dalam seminggu perdagangan. Jika dihitung dalam satu bulan bursa, IHSG turun 11,35 persen.
Menaggapi kondisi tekanan pada IHSG ini, Mantan Direktur Utama Bursa Efek Jakarta, Hasan Zein Mahmud menduga hal itu terjadi karena telah hilangnya kepercayaan sistem keuangan Indonesia.
“Maukah anda mempercayakan dana anda dalam sebuah sistim yang tidak bisa dipercaya? Apa anda pikir kepercayaan bisa dibeli?,” ulas dia.
Ia menambahkan, bahwa hilangnya kepercayaan tersebut menjadi virus yang lebih berbahaya dari virus Corana-19.
“Sirnanya kepercayaan adalah rontoknya pondasi sektor keuangan,” kata dia.
Hasan bilang bahwa Argumen MSCI yang menurunkan saham Indonesia ke level underweight, tak secuil pun membuatnya gamang. Sebab penurunan kinerja usaha suatu yang amat lumrah dalam siklus bisnis.
Abdul Segara