Home / Otoritas / Bursa Efek Indonesia / Perusahaan Rugi, Tapi Harga Sahamnya Naik Terus Hingga 106 Persen

Perusahaan Rugi, Tapi Harga Sahamnya Naik Terus Hingga 106 Persen

MarketNews.id Pergerakan harga saham diluar kewajaran apakah itu penurunan harga atau peningkatan harga, selalu menimbulkan pertanyaan. Buat perusahaan publik atau emiten, fenomena ini kerap terjadi jelang suatu perusahaan akan lakukan aksi korporasi.

Peristiwa terjadinya peningkatan atau penurunan harga saham di luar kewajaran, biasanya selalu dikaitkan dengan bocornya informasi dari dalam perusahaan atau dulu dikenal sebagai insider trading. Perilaku ini, sebelum ada Radar UMA selalu jadi perdebatan yang tidak pernah selesai.

Kini dengan adanya Radar BEI, lonjakan harga atau penurunan harga di luar kewajaran, hanya di lakukan penghentian sementara perdagangan saham. Selanjutnya, pemegang saham diminta untuk mencermati informasi yang datang dari emiten. Sedangkan BEI melakukan konfirmasi kepada emiten yang alami penurunan atau kenaikan harga diluar kewajaran.

Bursa Efek Indonesia (BEI) mengambil tindakan dengan melakukan penghentian sementara (suspensi) perdagangan saham PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL)/Latinusa pada perdagangan 18 Maret 2024.
Pasalnya, terjadi peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham NIKL.

“Dalam rangka cooling down sebagai bentuk perlindungan bagi investor, PT Bursa Efek Indonesia memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan saham PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) pada perdagangan tanggal 18 Maret 2024.

BEI menyatakan, penghentian sementara perdagangan saham PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) tersebut dilakukan di pasar reguler dan pasar tunai, dengan tujuan untuk memberikan waktu yang memadai bagi pelaku pasar untuk mempertimbangkan secara matang berdasarkan informasi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan investasinya di saham PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL).

“Para pihak yang berkepentingan diharapkan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh perseroan,” pungkas pengumuman BEI.

Saham NIKL pada perdagangan 15 Maret 2024 pekan lalu ditutup melonjak 20,93 persen ke Rp 520. Selama sepekan saham ini melambung 85,71persen, dan dalam satu bulan terakhir melesat 106,35 persen.

PT Pelat Timah Nusantara Tbk, disingkat PT Latinusa Tbk, merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang memproduksi tinplate berkualitas tinggi.

Pemegang saham mayoritas saat ini adalah knsorsium Jepang yang terdiri dari Nippon Steel Corporation, Mitsui Co Ltd, Nippon Steel Trading Corporation, dan Metal One. Selain itu, PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) menggenggam 20,1 persen saham NIKL.

Nippon Steel Corporation juga merupakan penyedia bahan baku utama NIKL, tin mill black plate (TMBP), sehingga ketersediaan bahan baku senantiasa terjamin.

Pada tahun 2023, NIKL membukukan rugi tahun berjalan US$ 3,66 juta. Berbalik dari laba tahun berjalan pada 2022 sebesar US$ 7,12 juta.

Kerugian itu dipicu oleh penurunan penjualan dari US$ 255,34 juta di 2022 menjadi US$ 171,08 juta pada tahun 2023. Anehnya, harga saham ini justru alami, peningkatan harga signifikan. Melihat fenomena ini, mestinya BEI. Lakukan penelitian lebih mendetail terkait transaksi yang dikhawatirkan alami benturan kepentingan antar pemegang saham pengendali.

Check Also

Beroperasinya Batubara Metalurgi Dan Raihan Pendanaan Dari BNI Buat CUAN Diburu

MarketNews.id- Manajemen Petrindo Jaya Kreasi,  emiten perusahaan tambang baru bara milik Prajogo Pangestu menduga kabar …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *