MarketNews.id Media Investasi dan Pasar Modal
Related Articles
Marketnews.id Dampak pendemi Covid-19 yang masih berlangsung dan dunia usaha masih berupa menyesuaikan agar segera bangkit. Restrukturisasi usaha masih terus berlangsung. Kini, masalah baru muncul atas konflik Rusia-Ukraina. Pemerintah harus berhitung ulang tentang anggaran dan dan dampaknya buat Perekonomian nasional khususnya pertumbuhan ekonomi yang diharapkan semakin membaik agar krisis segera berlalu.
Salah satu langkah yang akan ditempuh pemerintah ada akan mengurangi defisit dengan mengurangi jumlah surat utang negara atau obligasi sekitar Rp 100 triliun di tahun 2022. Seperti diketahui, pemerintah telah mendapat restu dari DPR untuk menerbitkan obligasi dengan nilai bersih sebesar Rp 991,3 triliun. Dana hasil penerbitan obligasi ini akan digunakan untuk membantu menutup perkiraan defisit anggaran sebesar 4,85 persen dari produk domestik bruto (PDB) tahun ini.
Pemerintah berencana untuk mengurangi target penerbitan obligasi di tahun 2022 setidaknya Rp100 triliun agar pengelolaan pembiayaan defisit fiskal menjadi lebih baik di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar global.
“Tahun lalu kita kurangi penerbitan obligasi, defisit kita yang sebelumnya Rp1.000 triliun dipotong menjadi sekitar Rp800 triliun,” kata Sri Mulyani Indrawati, seperti dikutip Reuters, Selasa 22 Maret 2022.
“Tahun ini kita akan kurangi lagi. Baru-baru ini kita sudah menghitung setidaknya kita bisa memotong Rp100 triliun, mungkin lebih,” imbuhnya.
Pemerintah telah mendapatkan persetujuan parlemen untuk menerbitkan obligasi dengan nilai bersih sebesar Rp991,3 triliun tahun. Dana hasil penerbitan obligasi akan digunakan untuk membantu menutup perkiraan defisit anggaran sebesar 4,85% dari produk domestik bruto pada tahun ini.
Awal Februari lalu, Sri Mulyani mengatakan bahwa dia mengharapkan pengumpulan pendapatan yang kuat pada tahun ini untuk membantu mempersempit defisit hingga mendekati 4% dari PDB.
Namun belum lama ini pejabat kementerian keuangan mengatakan pemerintah harus meningkatkan pengeluaran untuk subsidi bahan bakar dan program kesejahteraan untuk mengelola inflasi di tengah harga komoditas global yang tinggi. Itu berarti prospek defisit akan lebih besar dari yang diantisipasi sebelumnya, tetapi masih di bawah 4,85%.
Penerimaan negara telah meningkat lebih dari 50% pada Januari karena kenaikan harga komoditas mendorong ekspor dan karena ekonomi terus pulih dari pandemi Covid-19.
Untuk mencapai perkiraan defisit yang lebih kecil, Sri Mulyani juga mengatakan akan memotong penerbitan obligasi ke pasar dan menjual surat utang langsung ke bank sentral berdasarkan perjanjian yang ditandatangani tahun lalu. Bank Indonesia sepakat membeli obligasi senilai Rp224 triliun untuk mendanai defisit fiskal 2022.
Sri Mulyani menyebutkan, pemerintah juga akan mengatur waktu serta maturitas dan campuran mata uang dari rencana penerbitan obligasi dalam mata uang asing di sepanjang 2022 untuk menavigasi perubahan sentimen pasar di tengah pengetatan moneter AS dan perang di Ukraina. Selama ini Indonesia menjual obligasi ke pasar luar negeri dalam dolar AS, euro, dan yen Jepang setiap tahun.
