Marketnews.id PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) saat ini menetapkan peringkat PT Adhi Commuter Properti Tbk (ADCP) idBBB dengan outlook peringkat perusahaan ‘Negatif’. Peringkat idBBB tersebut juga disematkan pada obligasi I-2021 Seri A dan Seri B senilai Rp 491 miliar yang akan jatuh tempo pada 27 Mei 2022.
Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menyebutkan, bahwa pihaknya akan menurunkan peringkat PT Adhi Commuter Properti Tbk (ADCP), jika dukungan dari PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) melemah maupun jumlah utang lebih besar dari proyeksi.
Menurut analis Pefindo, Aryo Perbongso dan Kresna Piet Wiryawan dalam analisanya yang dikutip Selasa, 8 Maret 2022, peringkat ADCP dapat diturunkan jika dukungan induk usaha melemah dalam waktu dekat, termasuk penarikan fasilitas pinjaman pemegang saham yang dapat meningkatkan risiko pembiayaan kembali (refinancing).
Peringkat juga dapat diturunkan, jika ADCP membukukan utang yang lebih besar dibanding proyeksi dan jika pendapatan dan/atau EBITDA lebih rendah dari yang diharapkan,” kata Aryo dalam analisanya.
Dia menyebutkan, dengan adanya tingkat penjualan yang rendah, perkembangan konstruksi yang tertunda dan biaya yang lebih tinggi dari perkiraan, maka akan mengakibatkan struktur permodalan yang lebih agresif dan proteksi arus kas menjadi lebih lemah.
Dia menyampaikan, saat ini Pefindo menetapkan peringkat ADCP di level idBBB (Triple B), dengan outlook peringkat perusahaan di kategori ‘Negatif’. Peringkat idBBB tersebut juga disematkan pada Obligasi I-2021 Seri A dan Seri B senilai Rp491 miliar yang akan jatuh tempo pada 27 Mei 2022.
Menurut Aryo, manajemen ADCP merencanakan untuk membayar obligasi yang akan jatuh tempo tersebut dengan memanfaatkan dana yang diperoleh dari pelaksanaan penawaran umum perdana saham (IPO) maupun berutang pada pihak eksternal.
“Kami mempertahankan prospek peringkat perusahaan di ‘Negatif’ untuk mengantisipasi penurunan tingkat dukungan dari PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) yang memiliki peringkat idA-/stabil, sebagai konsekuensi dari kegiatan IPO ADCP pada Februari 2022,” papar Aryo.
Meskipun ADHI tetap sebagai pemegang saham pengendali (PSP) pasca IPO dengan kepemilikan 90 persen, namun kata Aryo, penurunan porsi kepemilikan saham di ADCP dan masuknya pemegang saham baru dapat membatasi fleksibilitas ADHI dalam melanjutkan dukungan keuangan, terutama fasilitas pinjaman pemegang saham kepada ADCP.
“Jika ternyata ADCP tidak dapat lagi menikmati fasilitas pinjaman pemegang saham tersebut, maka ADCP akan menghadapi risiko pembiayaan kembali atas surat utang yang akan jatuh tempo. Fasilitas pinjaman pemegang saham tersebut merupakan salah satu opsi yang dapat digunakan untuk melunasi kewajiban keuangannya,” ujar Aryo.
Dia menambahkan, Pefindo juga mengantisipasi struktur permodalan yang lebih agresif ke depannya, karena ADCP berencana mengeluarkan belanja modal (capex) cukup besar dalam waktu dekat yang dibiayai oleh pendanaan eksternal.
Perlu diketahui, obligor dengan peringkat idBBB memiliki kemampuan yang memadai dibandingkan obligor Indonesia lainnya dalam memenuhi komitmen keuangan jangka panjang. Namun, kemampuan obligor lebih mungkin akan terpengaruh oleh perubahan buruk keadaan dan kondisi ekonomi.
Aryo menjelaskan, peringkat ADCP tersebut mencerminkan dukungan yang kuat dari ADHI, captive market dari komuter Light Rail Transit (LRT) dengan konsep transit-oriented development (TOD) dan kualitas aset yang baik.
“Tetapi, peringkat tersebut dibatasi oleh struktur permodalan yang agresif dan proteksi arus kas yang lemah, pendapatan berulang yang terbatas dan kerentanan terhadap perubahan kondisi makroekonomi,” ujarnya.