Marketnews.id Terus meningkatnya harga komoditas tambang membuat emiten tambang kembali fokus untuk menambang konsesi yang mereka miliki. PT Vale Indonesia berencana mengalokasi belanja modalnya tahun ini sebesar Rp 1,72 triliun yang akan digunakan buat dukung kegiatan usaha tahun ini.
Meningkatnya harga nikel dan komoditas tambang lainnya jadi dasar perusahaan keluarkan belanja modal lebih besar. Selain itu perusahaan berencana mengembangkan proyek smelter atau pengolahan biji nikel di Bahadopi.
Vale Indonesia Tbk (INCO) mengalokasikan belanja modal ( capital expenditure / capex ) sebesar US$ 120 juta atau setara Rp 1,71 triliun tahun ini. Belanja modal akan digunakan untuk mendukung kegiatan usaha tahun ini.
Chief Financial Officer Vale Indonesia Bernardus Irmanto menjelaskan, belanja modal tahun ini akan digunakan untuk pembangunan kembali furnace 4.
“Kemudian digunakan juga untuk peremajaan alat dan pengembangan tambang,” jelas dia kepada Investor Daily belum lama ini.
Dengan adanya belanja modal ini, Vale Indonesia berharap bisa mendukung kinerja tahun ini. Meskipun, Irmanto tidak bisa memberikan gambaran mengenai target pendapatan dan laba tahun ini.
Pasalnya, hal tersebut sangat tergantung dengan perkembangan harga nikel dan juga komoditas lain seperti minyak dan batu bara.
Adapun Vale Indonesia terus rencana pengembangan proyek smelter atau pengolahan bijih nikel di Bahodopi. Perseroan berencana mengambil keputusan final terkait proyek smelter tersebut pada kuartal pertama tahun ini.
“Kami sedang mengupayakan semua persyaratan untuk bisa mengambil keputusan investasi final pada kuartal pertama tahun ini,” jelas Irmanto.
Sementara itu, Wakil Presiden Direktur Vale Indonesia Ardiansyah Chaniago sebelumnya menjelaskan, sejauh ini, INCO sudah menggandeng dua mitra strategis asal Tiongkok, Taiyuan Iron & Steel (Group) Co Ltd (Taigang) dan Shandong Xinhai Technology Co Ltd, untuk menggarap fasilitas pengolahan nikel Bahodopi.
Kemudian, perseroan juga tengah mengurus perizinan terkait analisis dampak lingkungan (Amdal) untuk fasilitas pengolahan Pomalaa. Setelah perampungan izin tersebut, Vale Indonesia berharap fasilitas di Pomalaa bisa masuk ke tahap konstruksi.
Irmanto menambahkan, tahap konstruksi untuk pabrik HPAL ( high pressure acid leaching ) di Pomalaa ini cukup panjang. Karenanya, dia memperkirakan proyek di Pomalaa bisa beroperasi sekitar tahun 2026.