Marketnews.id Prioritas Subsidi Energi di 2022 ini sudah berubah dari prioritas buat BBM dan LPG ke subsidi Listrik yang lebih banyak yang membutuhkannya. Perubahan prioritas ini disandarkan pada lebih besarnya penikmat subsidi di sektor listrik dibanding BBM dan LPG.
Untuk tahun ini, total subsidi yang dianggarkan oleh Kementerian ESDM mencapai Rp 134 triliun, naik dari Rp 131,5 triliun di tahun lalu. Rinciannya, pos subsidi migas dan LPG turun dari Rp83,7 triliun tahun lalu, jadi Rp77,5 triliun di 2022. Sedang pos Listrik, naik jadi Rp 56,5 triliun dari sebelumnya Rp 47,8 triliun.
Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) menegaskan bahwa subsidi energi di tahun 2022 bakal naik lagi. Namun untuk alokasi subsidi sektor minyak dan gas (migas) dan LPG akan mengalami penurunan sedangkan di sektor kelistrikan mengalami kenaikan.
Menteri ESDM , Arifin Tasrif, mengatakan target subsidi energi tahun ini mencapai Rp134 triliun. Jumlah ini naik dibandingkan realisasi tahun 2021 yang mencapai Rp131,5 triliun. Pos subsidi migas dan LPG akan turun menjadi Rp77,5 triliun dari sebelumnya Rp83,7 triliun.
Sedangkan untuk pos subsidi di sektor kelistrikan meningkat menjadi Rp56,5 triliun dari sebelumnya Rp47,8 triliun.
“Di tahun 2022 kita ada target baru penyaluran subsidi, terlihat subsidi BBM dan LPG akan diturunkan sementara subsidi listrik akan meningkat,” kata Arifin dalam konferensi pers virtual, Rabu, 12 Januari 2022.
Sementara itu terkait dengan realisasi subsidi tahun 2021 lalu diakui juga terjadi lonjakan hingga 19 persen dari target Rp110,5 triliun menjadi Rp131,5 triliun.
Kenaikan subsidi di tahun lalu ini terkait erat dengan upaya pemerintah mendorong daya beli masyarakat yang masih tertekan akibat pandemi Covid-19.
“Subsidi ini naik karena kita ingin menjaga daya beli masyarakat dan mendorong pemulihan ekonomi terus berlanjut,” sambungnya.
Dijelaskan Arifin bahwa lonjakan subsidi di tahun lalu berasal dari BBM dan juga LPG. Awalnya subsidi untuk dua sumber energi ini sebesar Rp56,9 triliun namun dalam praktiknya meningkat menjadi Rp83,7 triliun. Sedangkan untuk subsidi listrik dengan target Rp53,6 triliun, sementara realisasinya hanya Rp47,8 triliun.