Marketnews.id Perlahan tapi pasti, perusahaan yang bergerak dibidang energi fosil harus berubah haluan secara gradual. Selain sumber dayanya akan habis, dampak emisi karbon yang dihasilkan juga tinggi dan berdampak buruk buat lingkungan dan isinya.
PT Indika Energy Tbk (INDY) sebagai emiten energi yang berbasis sumber daya fosil, juga ikut berpartisipasi mendukung program Pemerintah dalam bidang pelestarian lingkungan. PT INDY pun telah membuat roadmap peralihan usaha dari energi berbasis fosil pada energi terbarukan.
PT Indika Energy Tbk (INDY) mencanangkan target netral karbon pada tahun 2050. Target ini akan dilaksanakan dalam dua tataran. Pertama, operasionalisasi perusahaan, dan kedua adalah portofolio aset.
“Pertama, kami akan melakukan evaluasi pada setiap kegiatan operasional usaha maupun anak perusahaan yang menghasilkan karbon. Dari situ kami akan tentukan mitigasi risikonya,” kata Wakil Direktur Utama INDY, Azis Armand dalam Webinar Kompas Talks “COP26 Response: Power Up The New Energy”, Selasa,14 Desember 2021.
Kedua, INDY akan melalukan pemetaan ulang pada portofolio aset perusahaan. Saat ini 80% pendapatan INDY, menurut Azis, berasal dari sektor batubara atau sektor penunjang batubara. “‘Tentu pelan-pelan akan kami kurangi,” ujar Azis.
Menurutnya transisi dari energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT) bukan hal yang mudah. Investasi ke EBT seringkali mahal dan tidak masuk hitung-hitungan secara ekonomi. Sementara pada saat yang sama industri perbankan kini semakin sulit untuk mengucurkan kredit pada industri batubara ataupun penunjang batubara.
“Solusinya ada transisi financing . Perbankan tetap menyalurkan kredit pada perusahaan batubara. Selama perusahaan tersebut punya roadmap transisi energi yang jelas,” Azis menambahkan.
Sebelumnya, Presiden Direktur INDYArsjad Rasyid telah menegaskan komitmen Indika Energy untuk mencapai netral karbon pada tahun 2050.
Menurutnya, Indika Energy memiliki dua aspirasi besar yaitu mencapai net-zero emissions pada tahun 2050 dan meningkatkan pendapatan perusahaan dari sektor non-batubara menjadi 50% pada tahun 2025.
Saat ini INDY tengah menggarap proyek EBT, antara lain pembangkit listrik tenaga surya ( PLTS ) atap sebesar 500 megawatt peak (MWp) hingga 2025. Proyek pengembangan EBT tersebut dilakukan sejak Maret 2021. Pengembangan PLTS atap dilakukan di wilayah anak usaha perusahaan, yakni Kideco Jaya Agung.
INDY menggelontorkan capex atau belanja modal untuk proyek tersebut berkisar USD250-USD350 juta. Pada Maret 2021 lalu, INDY itu juga mendirikan PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS).
Perusahaan penyedia tenaga surya terintegrasi itu dibentuk dengan kemitraan bersama pengembang solusi tenaga surya terdepan asal India, yakni Fourth Partner Energy. Di EMITS, Indika menjadi pemegang saham dengan porsi 51%.
Melalui EMITS, Indika menyasar masyarakat yang ingin menggunakan energi surya sebagai sumber listrik. Langkah itu dilakukan INDY sebagai upaya diversifikasi bisnis non-batu bara perusahaan.