Marketnews.id Bank Indonesia (BI) di 2022 mendatang akan berusaha untuk mempertahankan suku bunga di level 3,5 persen agar pertumbuhan dapat berkelanjutan.
Terkait stabilitas nilai tukar rupiah di 2022, BI akan melakukan beberapa intervensi guna mengantisipasi normalisasi kebijakan moneter global, termasuk melakukan penyerapan likuiditas secara bertahap.
Bank Indonesia (BI) menyatakan akan mempertahankan kebijakan suku bunga acuan rendah pada tahun 2022. Kenaikan suku bunga acuan baru akan dilakukan apabila terjadi tanda – tanda kenaikan inflasi nasional.
“Jadi kami akan tetap mempertahankan suku bunga acuan 3,5% tahun depan,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Webinar Kagama bertajuk “Review Perekonomian 2021 Dan Outlook 2022, Jumat, 17 Desember 2021.
Perry menegaskan kenaikan baru akan dilakukan kalau ada tanda – tanda kenaikan inflasi disertai pertimbangan pertumbuhan ekonomi.
BI telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 150 bps selama masa pandemi Covid-19. “BI tetap mendukung pemulihan ekonomi domestik,” jelas Perry.
Terkait stabilitas nilai tukar rupiah tahun 2022, BI akan melakukan triple intervention. Langkah ini untuk mengantisipasi normalisasi kebijakan moneter global.
“BI juga akan melalukan penyerapan likuiditas secara bertahap dengan mempertimbangkan kredit perbankan dan penerbitan SBN pemerintah,” tambah Perry.
Koordinasi BI dengan pemerintah akan terus dilakukan pada tahun depan. Terutama mengenai beberapa hal, seperti pengendalian inflasi, pembiayaan fiskal dan sektor prioritas seperti manufaktur dan pariwisata.
“BI juga akan menjaga ketahanan eksternal melalui fleksibilitas yield dan stabilisasi kurs rupiah bekerja sama dengan kementerian keuangan,” tutur Perry.
Selain itu BI juga akan melakukan konsolidasi industri sistem pembayaran pada tahun 2022. Prinsip BI adalah cepat, mudah, murah, aman, andal. BI juga akan melakukan elektronifikasi keuangan pemda TP2DD.
“BI juga akan menerbitkan uang digital rupiah sebagai alat pembayaran sah NKRI pada tahun 2022,” tutup Perry.