Marketnews.id Hingga akhir triwulan ketiga tahun ini, PT Adhi Karya Persero Tbk telah berhasil meraih kontrak baru sebesar Rp 11,3 triliun. Rinciannya, proyek konstruksi sebesar 74,6 persen, proyek energi sebesar 17 persen, proyek properti sebesar 8 persen.
Bersumber dari sejumlah lini bisnisnya, PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) membukukan pertumbuhan nilai kontrak baru naik lebih 80 persen hingga akhir September 2021.
Seperti diketahui, ADHI meraup nilai kontrak baru sebesar Rp 11,3 triliun hingga akhir kuartal ketiga 2021. Angka ini tumbuh 82,25% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 6,2 triliun.
Menurut Sekretaris Perusahaan ADHI, Farid Budiyanto, nilai kontrak tersebut meliputi lini bisnis konstruksi sebesar 74,6%, energi berkontribusi sebesar 17%, properti sebesar 8%, dan sisanya merupakan lini bisnis lainnya.
Dilihat dari tipe pekerjaan, kontrak baru berasal dari proyek gedung sebesar 26,8%, jalan dan jembatan sebesar 31,7%, proyek infrastruktur lainnya seperti pembuatan bendungan, bandara, jalur kereta api, dan proyek energi, serta proyek lainnya sebesar 33,3%. Lalu sisanya sebesar 8,2% pada tipe pekerjaan properti.
Untuk sumber kontrak yang dimenangkan ADHI hingga kuartal ketiga 2021 terjadi pergeseran cukup signifikan. Pada kuartal ketiga 2020, mayoritas kontrak baru atau sebanyak 74% berasal dari pemerintah. Namun, pada kuartal ketiga 2021 kontribusi proyek pemerintah hanya 33,5%.
Kontrak baru dari BUMN juga menyusut dari sebelumnya berkontribusi 20% menjadi 10,2% di kuartal ketiga ini. Nah, perolehan kontrak dari swasta/lainnya meroket dari sebelumnya berkontribusi hanya 6% menjadi 56,3%.
ADHI saat ini tengah mengikuti proses tender untuk beberapa proyek antara lain, perkeretaapian, proyek infrastruktur, proyek gedung, serta proyek lainnya. “Hingga akhir tahun ini ADHI masih optimis untuk dapat memperoleh peningkatan capaian kontrak sebesar 20%-25% dibandingkan tahun sebelumnya,” papar Farid.