Home / Otoritas / Bank Indonesia / BI: Kebijakan Bank Sentral AS Dapat Diantisipasi Pemerintah dan BI dengan Dampak Minimal Terhadap Stabilitas Sistem Keuangan

BI: Kebijakan Bank Sentral AS Dapat Diantisipasi Pemerintah dan BI dengan Dampak Minimal Terhadap Stabilitas Sistem Keuangan

Marketnews.id Kebijakan Bank Sentral AS untuk melakukan Tapering yang akan dimulai pada bulan Nopember mendatang dan berlanjut hingga 2022 sudah dapat diantisipasi oleh Pemerintah Bank Indonesia (BI). Dasarnya adalah, adanya komunikasi yang intens dan lancar dengan Fed hingga membuat pelaku ekonomi, bank sentral dan investor dapat lebih mudah memahami arah kebijakan bank sentral AS.

Bank Indonesia (BI) meyakini bahwa kebijakan bank sentral AS, Federal Reserve untuk melakukan pengetatan moneter dapat diantisipasi dengan baik oleh pemerintah Indonesia. Bahkan BI optimis dampak  tapering  itu hanya minimal terhadap stabilitas sistem keuangan nasional.


Guburnur BI, Pery Warjiyo mengungkapan, setidaknya ada tiga alasan mendasar mengapa Indonesia bisa meminimalkan dampak buruk kebijakan  tapering  itu.

Pertama, cara komunikasi The Fed terhadap investor global dan pelaku ekonomi internasional cukup baik dan intens.
Kondisi tersebut menyebabkan pelaku ekonomi, bank-bank sentral dan investor di berbagai negara dapat lebih mudah memahami arah kebijakan The Fed. Termasuk dalam hal waktu pelaksanaan pengetatan likuiditas bisa dicerna dengan baik oleh banyak pihak.


“Dengan komunikasi yang baik itu maka diperkirakan pengurangan likuiditas akan dimulai pada November dan berlanjut di 2022 dan kemungkinan kenaikan Fed  fund rate  di triwulan III 2022. Jadi dari sisi komunikasi yang baik itu bisa diterima dan dipahami oleh pasar,” kata Perry dalam konferensi pers virtual, Selasa, 21 September 2021.


Kedua, lanjut Perry, adanya sinergi dan kerjasama yang baik antara BI dan pemerintah khususnya Kementerian Keuangan dalam merespon setiap kondisi perekonomian baik di dalam ataupun luar negeri. Hal ini memungkinkan terjadinya sinergi yang baik kedepannya manakala terjadi situsi yang terus berubah-ubah.


Ketiga adalah ketahanan ekonomi Indonesia yang diklaim semakin baik. Hal itu ditunjukkan oleh meningkatnya cadangan devisa dan terjaganya defisit transaksi berjalan di level yang rendah. Dua hal ini mendorong keyakinan BI bahwa efek  tapering  The Fed tahun ini tidak akan sebesar saat terjadinya “Taper Tantrum” The Fed pada tahun 2013 lalu.


“Ketahanan ekonomi Indonesia membaik dengan indikator defisit transaksi berjalan yang rendah. Tahun ini diperkirakan defisit transaksi berjalan sebesar 0,6 – 1,4 persen terhadap PDB,” pungkas Perry.

Check Also

Target Prapenjualan PANI Turun 3,6 Persen Jadi Rp5,3 Triliun Di 2025

MarketNews.id- Pantai Indah Kapuk Dua (PANI), emiten properti kongsian Agung Sedayu milik Sugianto Kusuma alias …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *