Marketnews.id Di tengah tren penurunan suku bunga, investasi di surat utang seperti obligasi dan turunannya merupakan salah satu alternatif investasi yang menguntungkan buat pemilik dana saat ini. Disisi lain buat obligor, menjual obligasi jadi pilihan menarik karena perbankan belum optimal menyalurkan kreditnya.
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksikan, penerbitan surat utang korporasi di 2021 berkisar Rp122 triliun-Rp159 triliun, seiring dengan jumlah obligasi yang akan jatuh tempo pada tahun ini mencapai Rp125,4 triliun.
“Proyeksi penerbitan surat utang sekitar Rp122 triliun-Rp159 triliun itu sudah mencerminkan surat utang yang akan jatuh tempo di 2021. Selain itu, juga terkait mandat yang sudah diterima Pefindo untuk tahun ini,” Direktur Utama Pefindo, Salyadi Saputra acara “Media Conference: Pasar Surat Utang Korporasi” di Jakarta, Kamis (8/7).
Salyadi memperkirakan, nilai obligasi yang jatuh tempo pada Kuartal III-2021 mencapai Rp38,6 triliun, sedangkan pada Kuartal IV-2021 sebesar Rp32,2 triliun. Sementara itu, lanjut dia, data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia ( KSEI ) menyebutkan bahwa di sepanjang Semester I-2021 nilai obligasi jatuh tempo sebesar Rp54,6 triliun.
Dari total nilai obligasi jatuh tempo di 2021 yang mencapai Rp125,4 tersebut, persentase nilai jatuh tempo yang terbesar berasal dari sektor perbankan yang mencapai 20,1 persen, selanjutnya perusahaan pembiayaan sebesar 17,5 persen dan lembaga keuangan khusus sebesar 16,3 persen.
Lebih lanjut Salyadi menyampaikan, hingga 30 Juni 2021 Pefindo telah menerima mandat pemeringkatan terkait rencana penerbitan surat utang mencapai Rp75,58 triliun yang akan dilakukan oleh 42 perusahaan. Adapun surat utang tersebut mencakup rencana penerbitan obligasi, sukuk, medium term notes (MTN) dan sekuritisasi.
Dari rencana penerbitan surat utang korporasi yang mencapai Rp75,58 triliun itu, porsi terbesar ada pada rencana penerbitan yang akan dilakukan oleh induk perusahaan sebesar 18,19 persen atau senilai Rp13,75 triliun yang akan diterbitkan oleh dua perusahaan, konstruksi sebesar 12,83 persen atau senilai Rp9,7 triliun (lima perusahaan) dan perusahaan pembiayaan sebesar 12,31 persen atau senilai Rp9,3 triliun (tiga perusahaan).
Lebih jauh Salyadi mengungkapkan, hingga akhir Semester I-2021 jumlah penerbitan surat utang korporasi secara nasional sudah mencapai Rp43,37 triliun atau mengalami peningkatan dibanding periode yang sama di 2020 senilai Rp30,03 triliun.
“Pada Semester I-2021, penerbitan surat utang yang paling banyak terjadi pada Maret 2021 sebesar Rp12,64 triliun dan pada April 2021 sebesar Rp12,34 triliun. Namun, pada Mei dan Juni 2021 mengalami penurunan tajam (masing-masing senilai Rp3,41 triliun dan Rp4,4 triliun),” paparnya.
Perlu diketahui, penerbitan surat utang korporasi di awal 2021 atau pada Januari dan Februari 2021 masing-masing senilai Rp2,43 triliun dan Rp8,15 triliun. “Tetapi, pada semester kedua tahun ini kami melihat minat emiten untuk menerbitkan obligasi masih besar sebetulnya,” ucap Salyadi.