Marketnews.id PT Indofarma (Persero) Tbk sepanjang kuartal pertama tahun ini, mulai mencatat kinerja positif setelah tahun lalu masih mengalami kerugian. Guna meningkatkan kinerja selanjutnya, emiten produsen obat dan vaksin ini akan menyelesaikan enam proyek pengembangan yang diharapkan selesai semuanya tahun ini.
PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF), menargetkan bisa merampungkan enam proyek pengembangan produk pada akhir tahun ini, sehingga proyek tersebut akan beroperasi awal 2022.
Hal tersebut disampaikan Direktur Utama INAF, Arief Pramuhanto, usai pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Kamis (20/5).
“Pada 2021 ini perseroan terus berupaya menangkap peluang bisnis demi mencapai pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan,” katanya.
Lebih jauh Arif mengatakan, tahun ini perseroan mempunyai enam proyek pengembangan produk dan satu proyek pendukung yang akan memastikan proyek pengembangan produk tersebut bisa berjalan baik, dengan nilai pembiayaan investasi mencapai Rp169,86 miliar dan modal kerja Rp30 miliar.
Menurut Arief, untuk mengembangkan kemandirian produk alat kesehatan Indonesia, INAF akan membangun pabrik melt blown yang merupakan bahan baku masker dengan nilai pembiayaan investasi sebesar Rp14,86 miliar dan modal kerja senilai Rp5 miliar.
Selain itu ada juga Pabrik hospital furniture dengan nilai pembiayaan investasi sebesar Rp15 miliar dan modal kerja senilai Rp5 miliar, pabrik sarung tangan (gloves) dengan nilai pembiayaan investasi Rp20 miliar, serta pabrik catheter dengan nilai pembiayaan investasi Rp50 miliar dan modal kerja Rp10 miliar.
Arief mengatakan, dengan nilai pembiayaan investasi sebesar Rp30 miliar, INAF akan mengembangkan produk natural extract. Untuk pengembangan Central Processing Facility, nilai pembiayaan investasi juga sebesar Rp30 miliar dan modal kerja Rp10 miliar. Sementara itu, nilai pembiayaan investasi untuk supporting function sebesar Rp10 miliar.
Lebih lanjut dia menyebutkan, INAF menargetkan bisa menyelesaikan semua fasilitas produksi beserta proyek pendukung tersebut pada akhir 2021, sehingga pengoperasiannya bisa dilaksanakan pada awal 2022.
Arief memperkirakan, tahun ini perseroan bisa mencatatkan total pendapatan bersih Rp2,5 triliun, sedangkan laba bersih diproyeksikan sebesar Rp50 miliar. “Kurang lebih tidak akan berbeda jauh antara farmasi dan alat kesehatan, fifty-fifty,” ujar Arief.
Pada kuartal I-2021, INAF mampu mencatatkan penjualan bersih Rp373,2 miliar atau meningkat 152 persen (year-on-year). Menurut Arief, peningkatan penjualan bersih itu terutama ditopang oleh penjualan di segmen ethical sebesar Rp191,87 miliar dan alat kesehatan Rp175,49 miliar.
“Keberhasilan peningkatan penjualan tersebut berkontribusi positif pada pencapaian laba bersih perseroan Rp1,8 miliar, setelah mengalami kerugian bersih Rp21,43 miliar pada periode yang sama Tahun Buku 2020,” ucapnya.
Dengan adanya penerapan kebijakan akuntansi PSAK 71 di 2020, kata Arief, INAF mencadangkan penurunan nilai piutang sebesar Rp74,88 miliar. “Perseroan tetap memastikan terpenuhinya aspek kepatuhan terhadap PSAK 71 secara konsisten, sehingga diharapkan berdampak pada kinerja perseroan yang tumbuh secara berkesinambungan,” ujar Arief.