Marketnews.id PT Adhi Karya (Persero) Tbk, sepanjang tahun 2020 lalu termasuk emiten yang terpapar akibat pendemi Covid-19. Betapa tidak, kinerja keuangan perusahaan yang bergerak dalam bidang infrastruktur ini mengalami penurunan yang signifikan. Laba bersih perseroan harus tergerus hingga 96 persen bila dibandingkan dengan laba yang diraih tahun 2019. Efisiensi di semua lini yang membuat emiten ini masih meraih laba bersih di 2020 lalu.
Direktur Utama PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), Entus Asnawi Mukhson menyatakan di tengah pandemi Covid-19 perseroan memaksimalkan upaya efisiensi demi menahan semakin memburuknya keuangan. Upaya ini terbukti cukup efektif dimana perseroan pada tahun 2020 lalu masih bisa membukukan laba bersih Rp23,7 miliar.
Lebih jauh Entus menjelaskan bahwa pandemi Covid-19 benar-benar meluluhlantakkan bisnis dan usaha perseroan. Tahun lalu pendapatan usaha ADHI anjlok 29,3 persen dari Rp15,3 triliun menjadi Rp12,3 triliun. Laba bersih persoan juga anjlok drastis 96,4 persen dari sebelumnya Rp665,1 miliar year on year (yoy).
“Alhamdulillah kita masih bisa membukukan laba bersih meski hanya Rp23,7 miliar, kita disebut terjun bebas namun kita masih bisa sedikit lolos dari situasi pandemi,” ujar Entus dalam webinar Mengukur Infrastruktur, Rabu (21/4).
Dijelaskan bahwa faktor utama ADHI bisa membukukan laba adalah karena efisiensi dan penerapan digitalisasi pada proses bisnisnya. Wujud efisiensi yang telah dilakukan berupa memangkas perjalanan dinas atau tinjauan proyek lapangan dan lebih diutamakan secara virtual. Selain itu kegiatan-kegiatan rapat juga lebih banyak dilakukan secara virtual sehingga bisa menghemat cost sewa hotel atau gedung-gedung pertemuan.
“Kami melakukan berbagai upaya efisiensi untuk mengcover biaya yang muncul. Alhamdulillah efisiensi overheat bisa turun dan penurunannya lebih besar dari biaya profit yang kita keluarkan,” sambungnya.
Sementara itu di tengah penurunan laba bersih namun ada hal positif perseroan yang berhasil dibukukan selama tahun 2020 lalu yaitu kenaikan aset dari tahun 2019 sebesar Rp36,5 triliun menjadi Rp38,1 triliun atau naik 4,3 persen. Peningkatan aset ini ditopang oleh aset real estate sebesar Rp2,9 triliun, pungkasnya.