Marketnews.id Lembaga Pengelola Investasi (LPI) Akan Fokus Investasi Pada Proyek Infrastruktur seperti jalan tol, pelabuhan dan Bandara. Selanjutnya, SWF juga akan masuk pada usaha kesehatan, infrastruktur digital, energi terbarukan, konsumer, teknologi hingga pariwisata.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyebut, investasi dari Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI) alias Indonesia Investment Authority (INA) akan difokuskan untuk pengembangan infrastruktur jalan tol, pelabuhan, dan bandara pada 2021.
Sedangkan ke depannya, kerja sama dengan INA bisa diperluas ke sektor kesehatan, infrastruktur digital, energi terbarukan, konsumer, teknologi, hingga pariwisata.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, pembentukan INA diharapkan dapat menampung investasi dari lokal dan asing untuk sejumlah sektor utama pembangunan Tanah Air.
“Tahun ini fokus sektor yang kami bicarakan untuk diinvestasikan INA ada tiga yaitu jalan tol, pelabuhan, dan bandara,” kata Tiko, Rabu (10/3/2021).
Adapun, ketiga sektor ini dinilai dapat menawarkan aset yang menarik. Mulai dari sisi aset yang sudah mature hingga bingkai kerja regulasi yang stabil di industrinya.
Selain itu, keberadaan investor asing yang sudah lebih dulu menyerap divestasi aset dari sektor tersebut juga diharapkan menambah kepercayaan diri investor global di dalam INA.
Untuk jalan tol, Kementerian BUMN telah menyiapkan 24 ruas jalan tol yang tengah diajukan ke INA. Ruas jalan tol itu berasal dari tiga BUMN Karya yaitu PT Waskita Karya (Persero) Tbk., PT Jasa Marga (Persero) Tbk., dan PT Hutama Karya (Persero).
Sedangkan untuk pelabuhan, Kementerian BUMN menawarkan 4 aset yang berpotensi untuk ko-investasi yaitu Pelabuhan Kontainer Belawan, Pelabuhan CT2, CT3-Kalibaru, Pelabuhan Teluk Lamong, dan Makassar New Port.
Selanjutnya untuk Bandara, kata Tiko, pihaknya membuka peluang kerjasama dengan INA untuk bandara di Makassar dan Banten, begitu pula pengembangan Kampung Kargo.
Selain sektor infrastruktur, INA juga diharapkan bisa masuk ke beberapa penggalangan dana dari perusahaan pelat merah lainnya tahun ini. Tiko menunjukkan bakal ada kesempatan investasi di aksi korporasi rights issue oleh Bank Syariah Indonesia hingga penawaran umum saham perdana (IPO) PT Dayamitra Telekomunikasi (MItratel) dan PT Pertamina Geothermal Energy.
Untuk tahun depan juga masih ada penawaran untuk INA dari IPO Indonesia Healthcare Corporation serta rights issue Bank BNI dan Bank BTN.
Sedangkan untuk jangka panjang atau 2023 dan seterusnya, diharapkan INA bisa berkolaborasi lewat IPO Telkom Indonesia Data Center, IPO PT Wijaya Karya Realty selaku holding hotel BUMN, dan proyek tenaga listrik berkapasitas 16.000 MW dari PT PLN.
“Ke depan kami melihat indonesia perlu mendorong aktivitas investasi agar bisa keluar dari middle income trap dan menjadi bagian dari ekonomi maju,” tutur Tiko.