Marketnews.id Bank Indonesia (BI) akhir nya menurunkan angka proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 7 persen hingga 9 persen menjadi 5 persen hingga 7 persen. Penurunan proyeksi ini setelah mempertimbangkan beberapa faktor seperti masih minusnya pertumbuhan dikuartal akhir 2020 lalu. Serta masih belum kuatnya fungsi intermediasi dari sektor keuangan.
Bank Indonesia (BI) merevisi proyeksi pertumbuhan kredit tahun ini dari semula pada kisaran 7-9 persen menjadi 5-7 persen. Penurunan ini mempertimbangkan sejumlah hal, seperti tingkat pertumbuhan ekonomi pada 2020 yang masih terkontraksi meski besarannya mengecil jadi -2,07 persen.
Menurut Gubernur BI, Perry Warjiyo, dari sisi likuiditas perbankan sangat memadai. Tercatat hingga akhir Desember 2020, rasio kecukupan modal (CAR) perbankan tetap tinggi sebesar 23,81 persen dan rasio kredit bermasalah (NPL) tetap rendah, yakni 3,06 persen (bruto) dan 0,98 persen (neto).
Karena itu, tutur Perry, perlu ada upaya untuk menumbuhkan minat pelaku usaha guna meningkatkan akses kredit dan juga mendorong lembaga keuangan seperti perbankan, agar lebih lunak dalam penyalurannya.
“Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia merevisi proyeksi pertumbuhan kredit/pembiayaan pada tahun 2021 menjadi 5-7 persen,” kata Perry dalam keterangan yang dirilis di Jakarta, Kamis (18/2).
Faktor lain yang menjadi pertimbangan BI dalam merevisi target pertumbuhan kredit adalah fungsi intermediasi dari sektor keuangan yang belum kuat. Hal itu tercermin dari kontraksi kredit pada Januari 2021 sebesar 1,92 persen (y-o-y) dibandingkan kontraksi 2,41 persen (y-o-y) pada Desember 2020. Meski pada saat bersamaan terjadi pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang tinggi, yakni 10,57 persen (y-o-y).
“Berbagai langkah terus diperkuat dengan sinergi kebijakan KSSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan), perbankan, dan dunia usaha untuk menjaga optimisme dan mengatasi permasalahan sisi permintaan serta penawaran dalam penyaluran kredit/pembiayaan dari perbankan kepada dunia usaha, dalam rangka mendorong pemulihan ekonomi nasional,” ujar dia.
Sementara itu, seperti diperkirakan banyak pihak, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga 7 Days Reverse Repo Rate (BI-7 DRRR ) sebesar 25 basis poin (bps) dari semula 3,75 persen menjadi 3,50 persen.
Kemudian untuk suku bunga deposit facility juga turun 25 bps dari level 3 persen menjadi 2,75 persen dan suku bunga lending facility turun 25 bps dari level 4,50 persen menjadi 4,25 bps.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan keputusan tersebut ditetapkan berdasarkan hasil keputusan RDG yang dilaksanakan pada tanggal 17-18 Februari 2021. Keputusan tersebut mempertimbangkan perkiraan inflasi yang tetap rendah, stabilitas eksternal yang terjaga, dan sebagai langkah lanjutan untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
“Berdasarkan assesment dan proyeksi itu RDG pada 17-18 Februari 2021 memutuskan untuk menurunkan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 3,5 persen,” ujar Perry dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (18/2).
Dijelaskan bahwa BI masih akan terus memantau perkembangan dinamika perekonomian global dan domestik untuk menentukan langkah dan kebijakan lanjutan terkait suku bunga acuan.
Koordinasi yang erat dengan pemerintah dan KSSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan) akan terus dilakukan BI dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi.
“Ke depan BI akan terus menempuh langkah-langkah kebijakan sebagai tindak lanjut dari sinergi Komite Stabilitas Sistem Keuangan dalam paket terpadu dalam rangka pemulihan ekonomi nasional,” pungkas Perry.