Home / Otoritas / Bank Indonesia / BI : Egoisme Perbankan Hambat Pertumbuhan Kredit

BI : Egoisme Perbankan Hambat Pertumbuhan Kredit

Marketnews.id Salah satu penyebab belum menggeliatnya ekonomi adalah masih rendah nya penyaluran kredit yang dilakukan oleh perbankan. Bahkan dalam tahun 2021 ini, pihak perbankan hanya berani pasang target pertumbuhan kredit sekitar lima persen. Perbankan masih dikesankan belum yakin dunia usaha sudah dapat berjalan normal seperti sebelum terjadi pendemi Covid-19.

Sementara pihak Bank Indonesia (BI) selama ini telah menurunkan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI 7 DRRR) hingga 225 basis poin. Sementara perbankan baru menurunkan tingkat bunga sebanyak 83 basis poin saja.

Bank Indonesia menyayangkan sikap perbankan yang “bandel” dalam hal penurunan suku bunga kredit. Padahal bank sentral sudah menurunkan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI 7 DRRR ) hingga mencapai 225 basis poin (bps).


Namun nyatanya perbankan baru menurunkan rate bunga kredit sekitar 83 basis poin saja. Hal ini menimbulkan tanda tanya besar bagi BI mengapa respon industri perbankan sangat lambat terhadap kebijakan otoritas.


Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, Juda Agung menjelaskan, dengan penurunan suku bunga BI 7 DRRR yang kini di level 3,5 persen seharusnya bisa mendorong daya saing industri perbankan agar permintaan kredit meningkat. Namun dengan masih rendahnya penurunan rate itu, maka tidak heran jika pertumbuhan kredit selama ini juga masih loyo.


“Inilah yang sebenarnya tidak kita inginkan. Kita inginkan kalau BI turunkan suku bunga harusnya responsnya juga sama. Karena kalau kita bicara mengenai biaya-biaya dalam suku bunga itukan ada over head cost, tapi itu sudah turun,” ujar Juda Agung dalam konferensi pers virtual, Senin (22/2).


Dia berharap, industri perbankan bisa segera menyesuaikan diri, secara responsif menurunkan suku bunga kreditnya. Sebab dengan masih menbandelnya bank-bank itu, maka ada kecenderungan mereka ingin mendapatkan benefit yang lebih di tengah upaya pemerintah dan regulator memberikan keringanan.


Juda juga meminta industri perbankan benar-benar serius membantu pemerintah dalam pemulihan ekonomi yang drop akibat dihajar Pandemi Covid-19. Sebab jika “egoisme” perbankan ini masih tinggi maka akan sulit bagi pemerintah menggenjot permintaan kredit hingga ke level double digit.


“Suku bunga kredit kita masih sangat rigid, ini kelihatan spreadnya sangat meningkat. Ini justru mengalami pelebaran, artinya bank-bank mencoba mendapatkan keuntungan yang lebih di saat seperti ini,” sambungnya.

Check Also

Bank DKI Catat Pertumbuhan Kredit Dan Pembiayaan UMKM Sebesar 15,54 Persen Di Q3/2024

MarketNews.id-Bank DKI melaporkan pertumbuhan kredit dan pembiayaan di sektor UMKM sebesar 15,54 persen secara Year-on-Year …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *