Marketnews.id Diversifikasi usaha guna mengikuti perkembangan adalah sebuah tuntutan. Apalagi ditengah perubahan yang begitu cepat, dunia usaha pun harus lebih sigap mengantisipasi bahkan mensiasati agar transformasi usaha dapat berjalan sesuai tuntutan jaman. PT Indika Energy Tbk sebagai perusahaan tambang batubara, sudah mencermati dan mulai mengantisipasi transformasi tersebut.
PT Indika Energy Tbk (INDY) mengaku, pada tahun depan perseroan akan lebih terkonsentrasi untuk bertransformasi dari bisnis inti batubara menuju perusahaan dengan portofolio bisnis yang terdiversifikasi, sehingga sebesar 50 persen pendapatan bisa berasal dari sektor non-batubara.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Wakil Direktur Utama INDY, Azis Armand saat Public Expose virtual di Jakarta, Kamis (17/12). “Kami ingin bertransformasi dari fokus di batubara menjadi perusahaan dengan portofolio terdiversifikasi. Sebesar 50 persen pendapatan bisa dari non-batubara pada lima tahun mendatang,” ucap Azis.
Dia menyebutkan, salah satu investasi diversifikasi INDY dilakukan dengan membangun dan mengoperasikan terminal penyimpanan bahan bakar untuk ExxonMobil di Kalimantan Timur, dengan nilai proyek sebesar USD115 juta yang sumber dananya berasal dari pinjaman bank dan ekuitas.
Selain itu, lanjut Azis, INDY melakukan investasi diversifikasi di proyek tambang emas Awak Mas di Sulawesi Selatan, dengan total biaya proyek mencapai USD150 juta-200 juta. Proyek yang ditargetkan berproduksi pada 2022 atau 2023 ini memiliki potensi sumber daya sebesar 2,35 juta ons, potensi cadangan sebesar 1,5 juta ons.
Guna mendukung rencana jangka menengah dan panjang ini, jelas Azis, INDY akan berupaya menjaga kualitas aset dan menekan besaran liabilitas. Sehingga, pada 2024-2025 tidak ada lagi total kewajiban signifikan yang jatuh tempo. “Maka, hal ini akan mendukung kegiatan operasional kami dan kami bisa fokus untuk mencapai pendapatan di 2025 sebesar 50 persen dari non-batubara,” paparnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Keuangan INDY, Retina Rosabai mengatakan, pada tahun depan perseroan akan mengalokasikan belanja modal sebesar USD130 juta. Adapun realisasi capex per akhir September 2020 senilai USD66 juta, sedangkan budget capex tahun ini adalah sebesar USD100 juta. “Kemungkinan sampai akhir tahun ini tidak terserap semua,” ujar Retina.