Marketnews.id Bank Papu, termasuk salah satu bank daerah yang mendapat rating”idA-” dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Dengan Posisi ini, perseroan dianggap memiliki kemampuan untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang.
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), menetapkan peringkat PT Bank Pembangunan Daerah Papua (Bank Papua) di “idA-“. Prospek atas peringkat Perusahaan adalah “stabil”.
Menurut analis Pefindo, Imelda Rusli, obligor dengan peringkat idA memiliki kemampuan yang kuat dibandingkan obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya. Walaupun demikian, kemampuan obligor mungkin akan mudah terpengaruh oleh perubahan buruk keadaan dan kondisi ekonomi dibandingkan obligor dengan peringkat lebih tinggi.
“Tanda kurang (-) menunjukkan bahwa peringkat yang diberikan relatif lemah dan di bawah rata-rata kategori yang bersangkutan,” kata Imelda dalam keterangan resmi, Senin (16/11).
Peringkat tersebut mencerminkan pasar captive Bank Papua di provinsi Papua dan Papua Barat, permodalan yang sangat kuat, dan profil likuiditas di atas rata-rata. Peringkat tersebut dibatasi oleh kualitas aset yang lemah, tingkat profitabilitas yang rendah, dan kompetisi yang ketat di segmen kredit produktif.
Peringkat dapat dinaikkan jika Bank Papua secara signifikan memperkuat posisi bisnisnya dan meningkatkan profil kualitas aset dan profitabilitas secara berkelanjutan. Peringkat dapat diturunkan jika posisi bisnis Bank mengalami penurunan yang cukup besar, atau jika terjadi penurunan yang signifikan pada profil keuangan Bank seperti likuiditas, kualitas aset, atau profitabilitas.
“Kami menilai penyebaran COVID-19 telah meningkatkan profil risiko industri perbankan secara keseluruhan, dengan menyebabkan penurunan bisnis yang substansial di hampir semua sektor, yang mengakibatkan penurunan permintaan kredit dan layanan perbankan lainnya,” ujar Imelda.
Perlambatan bisnis juga telah melemahkan kemampuan pembayaran debitur, dengan penurunan kualitas aset yang selanjutnya menekan profitabilitas dan likuiditas bank. Imelda menilai dampak Covid-19 terhadap profil kredit Bank Papua secara keseluruhan tetap moderat, didukung oleh produk intinya, kredit konsumsi pegawai negeri (PNS), yang menyumbang 49,0% dari portofolio kreditnya.
“Kredit PNS tidak terlalu terpengaruh oleh pandemi, karena pembayaran angsuran langsung dipotong dari gaji pegawai negeri,” jelas Imelda.
Segmen ini seharusnya mendukung pendapatan dan arus kas Bank di tengah pandemi, dan bertindak sebagai bantalan untuk potensi penurunan kualitas aset, karena 51% dari portofolio kreditnya berasal dari segmen kredit non-PNS, sebagian besar dari sektor-sektor yang terkena dampak COVID-19 seperti rumah tangga, konstruksi, perdagangan, dan real estat.
“Pefindo akan terus memantau dampak pandemi terhadap kinerja dan profil kredit Bank secara keseluruhan,” tutup Imelda.
Sebagai informasi, Bank Papua adalah bank pembangunan daerah yang beroperasi di provinsi Papua dan Papua Barat, dengan fokus pada segmen korporasi dan konsumer. Pada 30 Juni 2020, sebesar 21,3% saham Bank dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Papua, 17,1% oleh Pemerintah Provinsi Papua Barat, 59,4% oleh Pemerintah Kota dan Kabupaten di Papua dan Papua Barat, dan 2,2% oleh Koperasi Serba Usaha Bank Papua. Kegiatan usahanya didukung oleh 2.669 karyawan, 36 cabang, 63 kantor cabang pembantu, serta 163 kantor kas dan payment points.