Marketnews.id Bisnis hotel termasuk bisnis yang paling terpapar oleh pendemi Covid-19. Adanya pembatasan pergerakan manusia, membuat bisnis hotel yang di kelola oleh PT Bintang Mahkotasejati Tbk, hingga akhir tahun ini diprediksi akan mengalami kerugian hingga Rp 40 miliar. Meskipun begitu, manajemen optimis di tahun 2021 sejalan dengan dapat dikendalikan nya pendemi perseroan akan kembali bangkit.
PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk (RBMS), menaksir kerugian yang dikantongi tahun ini mencapai Rp40 miliar. Hal ini dikalkulasi karena belum beroperasinya hotel Le Meridien Jimbaran Bali, karena masih terbatasnya turis asing yang memasuki Bali.
“Pendapatan hotel berkontribusi paling banyak terhadap total revenue perseroan. Karena sampai hingga kini hotel belum beroperasi, maka pendapatan didapat dari penjualan rumah dan kavling tanah,” jelas Direktur Utama RBMS, Deddy Indrasetiawan pada pemaparan publik yang berlangsung Jumat (23/10).
Di masa sebelum pandemi, hotel bintang 5 tersebut mampu menyumbang pendapatan sekitar Rp 60 miliar sampai Rp 65 miliar per tahun. Sedangkan pada masa normal, tiap bulannya hotel Le Meridein bisa menyumbang pemasukan Rp 10 miliar sampai Rp 15 miliar.
Selain berkurangnya turis yang datang ke Bali, pihaknya sengaja menutup sementara hotel sejak 1 April hingga saat ini, untuk mengurangi biaya operasional. Pihaknya tidak menampik masih mengeluarkan biaya pemeliharaan ( maintenance ) seperti pembersihan kamar, kolam renang, AC dan lainnya. Pihaknya juga terpaksa mengurangi jumlah karyawan yang bekerja.
“Target pasar Le Meridien ini adalah turis asing dan sampai kini, masih ada ketentuan travel warning untuk turis datang ke Indonesia. Dengan ketidakpastian itu maka kami tutup sementara. Turis yang banyak menginap biasanya dari Australia. Diharapkan, akhir tahun atau awal tahun depan kondisi sudah lebih baik sehingga kami bisa kembali beroperasi,” sambung dia.
Dengan adanya pandemi ini pula, rencana RBMS membangun satu hotel resort di Ubud, Bali ikut tertunda. Pihaknya memaparkan, memiliki rencana membangun resort berkonsep bintang 4 atau 5 dengan brand internasional.
Namun pihaknya enggan merinci lebih jauh, sebab segala konsep dan proses pembangunan telah berubah dari rencana awal. Pembangunan hotel di Ubud ini, akan berada di bawah anak usaha RBMS, yakni PT Tiara Hotel Bali International dengan menyewa lahan selama 30 tahun melalui pendanaan Penawaran Umum Terbatas (PUT III).
Adapun untuk tetap menggaet tamu hotel, saat ini RBMS memberlakukan voucher diskon 70% bagi turis domestik, yang penawarannya berlaku sampai tahun 2021. “Saat ini promo masih berjalan, dan bisa digunakan tahun depan,” tutupnya.
Sampai Kuartal II 2020, RBMS mendulang rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 19,60 miliar. Nilainya membengkak dari perolehan tahun lalu di angka Rp 9,75 miliar. Pendapatan menurun 66,41% dari Rp 47,64 miliar menjadi Rp 16 miliar.
Lini hotel dan lainnya masih menyumbang pendapatan sebesar Rp 10,27 miliar, walau merosot dari periode yang sama tahun lalu Rp 24,44 miliar.
Adapun penjualan rumah mencetak angka Rp 4,95 miliar, turun 70% dari perolehan tahun lalu sebesar Rp 16,56 miliar. Adapun kavling tanah menyumbang porsi pendapatan Rp 608,300 juta.
Nilai aset dan ekuitas masing-masing menurun 3,38% dan 3,33% secara year to date dengan nilai Rp 779,26 miliar dan Rp 584,17 miliar. Adapun liabilitas meningkat 9,54% menjadi Rp 195,09 miliar.