Marketnews.id Terus menurunnya harga jual batubara dan melemahnya permintaan karena pendemi Covid-19, membuat kinerja keuangan PT Bukit Asam ikut terpukul. Setidaknya laba bersih perseroan menurun dari sebelumnya Rp2 triliun di semester pertama 2019 menjadi Rp1,3 triliun pada semester pertama 2020 ini.
PT Bukit Asam Tbk (PTBA), mencatat penurunan laba bersih sebesar 35% menjadi Rp1,3 triliun pada semester pertama 2020, dengan pendapatan mencapai Rp9 triliun. Pada periode yang sama setahun lalu, laba bersih PTBA mencapai Rp2 triliun.
Direktur Utama PTBA, Arviyan Arifin, mengatakan kinerja selama semester I-2020 cukup terdampak oleh pandemi Covid-19 yang menyebabkan penurunan konsumsi energi.
“Kondisi ini akibat diberlakukannya lockdown di beberapa negara tujuan ekspor seperti China dan India,” kata Arviyan dalam konferensi pers paparan kinerja PTBA Semester I-2020 secara virtual, Rabu (30/9).
Begitu juga dengan kondisi di dalam negeri, yang menjadi pasar mayoritas PTBA. “Turunnya konsumsi listrik di wilayah besar Indonesia seperti DKI Jakarta, Banten, Jawa dan Bali juga berdampak pada penyerapan batu bara domestik,” ujar Arviyan.
Harga batu bara yang terus merosot selama tahun ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi Bukit Asam. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ( ESDM ), harga batu bara acuan (HBA) pada semester I-2020 merosot sekitar 20% dari USD65,93 per ton pada Januari 2020 menjadi USD52,98 per ton di Juni 2020.
Sementara itu beban pokok penjualan PTBA hingga paruh pertama 2020 menurun 8% dibanding periode yang sama tahun lalu, dari Rp6,9 triliun menjadi Rp 6,4 triliun. Aset perusahaan per Juni 2020 tercatat masih kuat berada di angka Rp26,9 triliun, dengan komposisi kas dan setara kas sebesar Rp8,6 triliun atau 32% dari total aset.
Dalam menghadapi tekanan bisnis batu bara akibat pandemi Covid-19, efisiensi menjadi salah satu strategi PTBA untuk menjaga dan mencatatkan kinerja positif di tengah volatilitas harga dan berkurangnya permintaan pasokan batu bara.
“Beberapa strategi efisiensi yang dilakukan PTBA pada semester pertama 2020 adalah terus melakukan upaya penurunan biaya usaha dan biaya pokok produksi melalui penerapan berbagai optimasi biaya penambangan, seperti pemangkasan jarak angkut dan penurunan stripping ratio,” kata Arviyan.
Dari sisi produksi, PTBA mampu menghasilkan 12 juta ton hingga Juni 2020 diiringi dengan kinerja angkutan batu bara yang juga menunjukkan performa positif. Selama semester pertama tahun ini, kapasitas angkutan batu bara tercatat 11,7 juta ton.
Masih terjaganya kinerja operasional perusahaan hingga semester I-2020 tak lain merupakan hasil dari penerapan operational excellence yang berkelanjutan dan perluasan pasar yang menjadi strategi perusahaan dalam menjalankan bisnis tahun ini.
Sedangkan Untuk target hingga akhir 2020, PTBA melakukan penyesuaian angka produksi batu bara setelah mempertimbangkan kondisi pasar global di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung. “Semula PTBA menargetkan produksi 30,3 juta ton, kini direvisi menjadi 25,1 juta ton,” tutur Arviyan.