Marketnews.id PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) membukukan laba bersih Rp 8,17 triliun pada kuartal I 2020. Laba tersebut turun tipis 0,36% dibandingkan kuartal I 2019 yang sebesar Rp 8,20 triliun.
Penurunan laba bank terbesar di Indonesia ini berasal dari kontribusi kerugian yang didapat dari entitas anak usahanya dan bukan karena dampak virus corona atau covid-19 yang kini melanda Indonsia.
“Laba konsolidasi memang turun, ini karena entitas anak. Utamanya akibat kondisi pasar, terutama terkait instrumen keuangan yang jadi investasi entitas anak BRI seperti BRIL ife, BRI Agro,” kata Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo dalam paparan daring, Kamis (14/5).
Menilik laporan keuangan perseroan, laba bersih secara individual (bank only) masih bertumbuh 3,24% (yoy) menjadi Rp 8,30 triliun. Nilai tersebut bahkan lebih besar dibandingkan laba bersih konsolidasi.
Secara individual, laba BBRI ditopang pendapatan bunga bersih yang tumbuh 7,11% year on yea r (yoy) menjadi Rp 20,02 triliun.
Selain itu, pendapatan berbasis komisi alias fee based income juga ikut menopang dengan pertumbuhan signifikan mencapai 32,91% (yoy) menjadi Rp 4,17 triliun.
” Fee based income bertumbuh pesat karena ditopang adanya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) selama pandemi Covid-19 yag membuat transaksi digital BRI meningkat pesat,” sambung Direktur Utama BRI Sunarso dalam kesempatan serupa.
Sementara itu, Bank BRI membukukan pertumbuhan kredit sebesar 10,05% (yoy) menjadi Rp 930,73 triliun.
Direktur Utama Bank BRI Sunarso mengatakan, pertumbuhan kredit Bank BRI utamanya ditopang oleh segmen mikro, serta segmen ritel dan menengah.
Adapun komposisi kredit UMKM perseroan juga makin meningkat menjadi 78,31% dari total portofolio.
“Penyokong utama pertumbuhan kredit dari segmen mikro dengan pertumbuhan 12,72% (yoy) menjadi Rp 320,24 triliun, kemudian segmen ritel dan menengah 12,25% (yoy) menjadi 265,85 triliun. Porsi kredit UMKM kami juga meningkat menjadi 78,31%. Ini salah satu bukti, kami melakukan upaya acountercylical saat pandemi dengan menggerakkan UMKM ,” paparnya.
Segmen mikro, terutama sektor pangan dinilai Sunarso masih bisa jadi andalan untuk meningkatkan penyaluran kredit perseroan.
Sebelumnya,BRI memperoleh komitmen pinjaman luar negeri senilai US$1 miliar atau sekitar Rp15 triliun (kurs Rp15.000 per dolar AS) untuk tahun ini.
Pinjaman diperoleh dalam skema club loan yang berasal dari 10 bank regional Asia, Eropa, dan Amerika untuk digunakan untuk memperkuat struktur liabilities dan meningkatkan net stable funding ratio, menjaga likuiditas valas dan menyiapkan sumber pendanaan untuk ekspansi kredit.
Direktur Utama BRI Sunarso menyebutkan, pinjaman luar negeri ini memperlihatkan kepercayaan investor asing terhadap BRI dan Indonesia masih cukup tinggi di tengah ketidakpastian global.
bahwa Indonesia menjadi salah satu tujuan investasi menarik di dunia,” katanya dalam siaran pers BRI, Rabu (13/5/2020).
Adapun, pinjaman club loan ini terdiri dari tiga fasilitas yang diberikan yaitu tranche A senilai US$ 500 juta selama 1 tahun, tranche B senilai US$ 200 juta selama 2 tahun, dan tranche C senilai US$ 300 juta selama 5 tahun.
“Skema club loan merupakan salah satu alternatif sumber pendanaan valas bagi BRI selain penerbitan global bond guna melengkapi penghimpunan Dana Pihak Ketiga BRI”, ungkap SEVP Treasury dan Global Services BRI Listiarini Dewajanti.
Sebagai informasi, pada 2018 BRI telah mengantongi pinjaman luar negeri dengan nilai US$ 700 juta. Sindikasi club loan tersebut dikucurkan oleh 13 kreditur terbagi atas tiga tranche yakni US$ 200 juta, US$ 235 juta, dan US$ 265 juta.