Home / Korporasi / Emiten / IMF : Dipresi Global Ancam Utang Swasta

IMF : Dipresi Global Ancam Utang Swasta

Marketnews.id IMF memperingatkan, resesi global parah yang dipicu oleh wabah virus korona bisa membongkar “celah” dalam sistem keuangan.”Krisis ini menghadirkan ancaman yang sangat serius bagi stabilitas sistem keuangan global,” ungkap IMF dalam laporannya, yang dirilis Selasa (15/4).


“Kebijakan moneter dan fiskal yang tegas, yang ditujukan untuk mengatasi dampak pandemi, telah menstabilkan sentimen investor. Namun demikian, ada risiko pengetatan kondisi keuangan lebih lanjut yang dapat mengekspos kerentanan sektor keuangan,” imbuh IMF seperti dikutip  The Financial Times .


Laporan Stabilitas Keuangan Global tahunan IMF menyoroti beberapa poin berbahaya, khususnya tentang tingginya tingkat utang perusahaan – perusahaan memasuki krisis virus korona dengan menanggung lebih banyak utang dibanding utang mereka ketika awal krisis keuangan 2008 – bersama dengan potensi pelemahan dalam industri investasi dan kemungkinan krisis utang di negara berkembang.


Saat ini perusahaan-perusahaan “secara signifikan” lebih rentan daripada pada awal krisis terakhir. IMF memperingatkan resesi yang panjang dan meningkatnya biaya pinjaman dapat menyebabkan “tekanan pada perusahaan dalam skala besar.”


Kondisi tersebut akan merugikan investor yang telah menumpuk utang perusahaan berisiko – yang terdiri dari  junk bond , pinjaman dengan  leverage , dan kredit swasta berisiko tinggi. IMF memperkirakan, pasar pinjaman berisiko tinggi ini telah tumbuh hingga USD9 triliun secara global.


“Kerentanan perusahaan manajemen investasi tetap tinggi dan mendekati level yang tampak selama krisis keuangan global,” papar IMF. “Perusahaan manajemen investasi di beberapa negara – terutama China dan Amerika Serikat – memasuki krisis Covid-19 dengan  leverage  dan masa jatuh tempo utang yang lebih tinggi, serta ketidaksesuaian likuiditas.”


Mesklipun langkah-langkah stimulus bank sentral telah meredakan banyak tekanan yang muncul bulan lalu, dan memicu reli di pasar keuangan selama dua pekan terakhir, IMF mencatat bahwa terjadinya “kerugian portofolio dalam jumlah besar” masih dapat menyebabkan arus keluar investor lebih lanjut.


IMF memperkirakan bahwa reksa dana obligasi terbuka biasanya memiliki sekitar 7 persen dari uang tunai sebagai penyangga terhadap arus keluar. Akan tetapi arus keluar yang lebih besar akan menghabiskan dana penyangga itu, sehingga memicu turbulensi baru dan menyumbat pasar kredit.


“Periode dislokasi yang berkepanjangan di pasar keuangan dapat menyebabkan tekanan pada lembaga keuangan lainnya, termasuk manajer investasi, sampai pada taraf yang dapat menyebabkan krisis kredit untuk peminjam non-keuangan,” ungkap IMF.


Namun, kerentanan terbesar kemungkinan ada di negara berkembang, yang menurut IMF, “tengah menghadapi badai sempurna” karena resesi mendalam, kontraksi pendapatan ekspor, tantangan kesehatan masyarakat, dan arus keluar investor yang belum pernah terjadi sebelumnya. “Ini dapat menyebabkan peningkatan kebutuhan restrukturisasi utang, yang dapat menguji kerangka kerja resolusi utang yang ada,” IMF menambahkan.


Satu hal positif dalam kesehatan sistem keuangan adalah bahwa sebagian besar bank terlihat lebih kuat dibanding tahun 2008, setelah meningkatkan cadangan modal mereka dan menjalani uji tekanan secara berkala sejak krisis keuangan.

Check Also

Pasar Surat Utang Korporasi Di Kuartal I 2025, Lebih Besar Dibanding Kuartal I 2024

Kebutuhan pendanaan buat dunia usaha sepanjang kuartal pertama tahun ini, jauh lebih marak. Hingga Akhir …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *