Marketnews.id Efek domino dari pendemi Covid-19 sudah mulai berdampak. Buat usaha retail, penjualan sudah menurun drastis. Buat industri sulit membuat proyeksi dan pengusaha semakin sulit mendapatkan pendanaan. Goldman Sachs, sebagai bank investasi telah memperkirakan akan terjadi banyak gagal bayar dari Obligor yang memasang tingkat bunga tinggi.
Goldman Sachs Group Inc. menilai, kondisi terburuk pada obligasi berimbal hasil tinggi, kemungkinan akan segera terjadi karena semakin banyak terjadi kasus gagal bayar ( default) .
Analis Goldman Sachs, Lotfi Karoui menyebutkan, surat-surat utang semacam itu (berimbal hasil tinggi) banyak menghadapi banyak hambatan. Bahkan situasi terjadi ketika langkah-langkah Federal Reserve yang belum pernah terjadi sebelumnya, memompa likuiditas ke dalam sistem keuangan perekonomian yang terpukul oleh pandemi virus korona.
Menurut Karoui, ini berarti penyebaran obligasi layak investasi kemungkinan telah mencapai puncaknya,.
“Terlepas dari kuatnya dukungan kebijakan, tantangan siklus bagi korporasi pengutang tetap substansial,” tulisnya dalam catatan yang dikutip Bloomberg, Kamis (2/4).
“Seperti yang terjadi pada periode penurunan sebelumnya, tekanan keuangan akan terus meningkat, mengarah pada default dan penurunan peringkat,” imbuhnya.
Kredit telah menjadi pusat dari gejolak pasar keuangan yang dipicu oleh memburuknya pandemi. L ockdown dan larangan perjalanan yang belum pernah terjadi sebelumnya, membuat banyak bisnis berusaha keras untuk membentuk cadangan uang tunai.
Kondisi tersebut menyebabkan lonjakan biaya dana, sehingga spread rata-rata pada obligasi dolar bermutu tinggi melonjak 179 basis poin pada kuartal pertama, tertinggi dalam indeks Bloomberg Barclays sejak tahun 1989.
Karoui mengekspektasikan, selama tahun 2020, default rate dalam 12 bulan akan meningkat menjadi 13%. Selama enam bulan ke depan, ia memprakirakan obligasi senilai USD555 miliar kemungkinan akan dipangkas menjadi obligasi berimbal hasil tinggi dari sebelumnya layak investasi. Jumlah tersebut bertaambah dari sekitar USD149 miliar obligasi yang telah diturunkan sepanjang tahun ini.(Bloomberg)