Marketnews.id Krisis Keuangan sudah menghantui dunia. Bahkan belakangan ini lembaga riset dunia, sudah memotong pertumbuhan ekonomi dunia termasuk pertumbuhan ekonomi negara maju maupun negara berkembang.
Biaya pandemi coronavirus bisa mencapai USD4,1 triliun, atau hampir 5% dari produk domestik bruto global. Bank Pembangunan Asia (ADB) menyebutkan, besarnya biaya akan bergantung pada lamanya penyebaran penyakit Covid-19 di Eropa, AS dan negar-negara ekonomi besar.
Dalam Asian Development Outlook yang dirilis Jumat , ADB mengungkapkan, periode penanganan yang lebih pendek dapat membatasi kerusakan hingga USD2 triliun, atau 2,3% dari output dunia. Negara berkembang di Asia, termasuk China, menyumbang 22% hingga 36% dari total biaya pandemi.
“Tidak ada yang bisa mengatakan seberapa luas pandemi Covid-19 akan menyebar, dan untuk mengatasinya mungkin memakan waktu lebih lama dari yang diproyeksikan saat ini,” tulis Yasuyuki Sawada, kepala ekonom ADB, dalam laporan itu. “Kemungkinan adanya gejolak keuangan yang parah dan krisis keuangan tidak dapat diabaikan,” imbuh Sawada seperti dikutip Bloomberg, Jumat (3/4).
Pada 6 Maret lalu, ADB memperkirakan wabah virus akan menelan biaya ekonomi dunia senilai USD347 miliar, dan memangkas laju pertumbuhan global sebanyak 0,4 poin persentase. Namun setelah itu, episentrum virus bergeser dari Cina ke Eropa dan AS, dengan jumlah korban terinfeksi global kini mencapai 1 juta.
ADB memangkas perkiraan pertumbuhan 2020 untuk Asia menjadi 2,2% dari 5,5% yang diperkirakan pada bulan September tahun lalu. Perkiraan pertumbuhan China dipangkas menjadi 2,3% dari 6%.
Laporan itu menyebutkan semua subregional yang sedang berkembang di Asia akan melihat pertumbuhan yang lebih lemah tahun ini.