Marketnews.id Persaingan bank kini tidak semata-mata tentang meraup laba, tetapi juga mempersiapkan infrastruktur digital demi merebut pasar masa depan.
Seperti diketahui, migrasi digital adalah salah satu tema pembahasan besar dikalangan perbankan nasional saat ini.
Sudah menjadi rahasia bersama bahwa bank kini semakin menahan ekspansi kantor cabang fisiknya. Kebutuhan kantor fisik kini semata-mata demi menjaga kepercayaan masyarakat semata. Untuk memperluas jangkauan, teknologi digital justru lebih efisien.
Volume transaksi keuangan yang meningkat seiring dengan terintegrasinya beragam layanan keuangan, serta kekayaan data yang bisa dimonetisasi, menjadi peluang yang tak ingin dilepaskan bank.Menurut Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Rohan Hafas implementasi open Application Programming Interface (API) adalah wujud transformasi digital perbankan beberapa tahun terakhir.
Sistem ini mampu membuat semua sistem nasabah terkoneksi, sehingga membuat bank dapat meningkatkan penjualan produknya.
Bank Mandiri juga terus meningkatkan kerja sama dengan banyak penyedia jasa dan produk agar dapat terus memperbesar bisnis transaksi. “Jadi tidak ada lagi yang namanya kompetisi. Kami berkolaborasi dalam ekosistem ini dan berupaya memberikan pelayanan terbaik,” ucapnya, Rabu (6/11/).
Hal yang sama juga dilakukan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Bank yang memiliki.kantor cabang ter banyak ini juga akan fokus melakukan transformasi digital dan perubahan nilai atau kultur perseroan hingga 5 tahun ke depan. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama BRI Sunarso.
Untuk menjawab tantangan Presiden Joko Widodo, yakni agar bank tidak melulu memberikan layanan kepada perusahaan besar, bank butuh transformasi digital. Pasalnya, hal tersebut perlu biaya besar. Digitalisasi berpotensi menekan biaya ini secara sangat signifikan.
Sementara itu, perubahan kultur diperlukan juga agar bank tak selalu dipandang sebagai industri yang berorientasi keuntungan semata, tetapi juga layanan dan meningkatkan inklusi serta literasi keuangan masyarakat.
“Tantangannya melayani rakyat banyak itu ada dua masalahnya: high personal cost dan high risk. Makanya itu bisa dijawab dengan digital. Satu, digitalisasi proses untuk efisiensi, dan kedua, membuat nilai baru menggunakan ini,” ujarnya.
Lain lagi yang dilakukan oleh Bank Central Asia Tbk. Bank ini justru telah melakukan langkah strategis dengan mengakuisisi PT Bank Royal Indonesia. Bank ini akan dijadikan bank digital.
Hal yang sama juga dilakukan oleh dua bankir kawakan, Jerry Ng dan pengusaha Patrick Walujo berkongsi untuk mengakuisisi 51% saham PT Bank Artos Indonesia Tbk. Keduanya juga ingin menjadikannya bank digital.
Bahkan, Deputi Komisioner Pengawasan Perbankan OJK Boedi Armanto pernah mengungkapkan masih ada sejumlah investor dari dalam dan luar negeri yang tertarik membeli bank kecil Indonesia, mengingat besarnya potensi bisnis bank di era digital.
Nah, pemilik bank kecil atau bank umum,akan datangnya bank besar bahkan bank asing yang akuisisi atau membeli bank umum saat ini menjadi peluang baru. Tentu pilihan ada dipemilik bank umum. Ingin bergabung dengan bank besar. Atau, keluar membuat bank baru lagi.