Marketnews.id Lembaga keuangan seperti bank dan lembaga pembiayaan, kini bisa memanfaatkan jasa Pefindo Biro Kredit untuk menganalisis dan mengukur risiko kredit.
Guna mengendalikan rasio kredit atau pembiayaan bermasalah (NPL/NPF) pada lembaga jasa keuangan, PT Pefindo Biro Kredit (PBK) mengaku memiliki solusi melalui mekanisme analis portofolio kredit dan pemantauan profil risiko.Menurut Direktur Utama Pefindo Biro Kredit, Yohanes Arts Abimanyu, saat ini pihaknya bisa mengukur kinerja dan pemantauan kualitas portfolio kredit lembaga keuangan, termasuk pemantauan profil risiko portfolio kredit yang dalam pengelolaan.”Pefindo Biro Kredit juga mampu menampilkan informasi terkini mengenai statistik industri kredit secara umum yang dapat dimanfaatkan dalam penentuan strategi usaha, guna emenangkan persaingan,” kata Johanes di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Senin (11/11).Perlu diketahui, Pefindp Biro Kredit merupakan lembaga pengelola informasi perkreditan yang sahamnya dimiliki PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), BEI, PT Pegadaian (Persero), PT Taspen (Persero), PT Sigma Cipta Caraka (Telkom Sigma), PT Consumer Information Consulting dan Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia ( APPI ).Lebih lanjut Yohanes mengaku, informasi yang disajikan Pefindo Biro Kredit terbilang lengkap, seperti statistik industri perkreditan nasional, pengukuran kinerja portfolio kredit/pembiayaan lembaga keuangan hingga risiko kredit. Dia berharap, layanan tersebut bisa dimanfaatkan lembaga keuangan dalam pengambilan keputusan.”Evaluasi risiko kredit secara cermat dan berkesinambungan merupakan kunci dalam mengendalikan NPL dan menggali potensi pertumbuhan kredit yang berkualitas bagi lembaga keuangan,” ucap Yohanes.Dia menambahkan, saat ini lebih dari 230 lembaga yang bergabung menjadi anggota Pefindo Biro Kredit, seperti perbankan, perusahaan pembiayaan, lembaga keuangan non-bank, perusahaan fintech peer to peer (P2P) lending, sekuritas, koperasi hingga retailer”Pefindo Biro Kredit berhasil mencatat pertumbuhan eksponensial atas inquiry (permintaan) laporan produk IdScore & Report yang saat ini tercatat lebih dari 17 juta laporan,” kata Johanes.