Marketnews.id Infomasi bulanan yang secara rutin di rilis oleh Badan Pusat Stasistik (BPS) menuai kritik dan keraguan dari ekonom asing.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil rata-rata di kisaran 5 persen selama tiga kuartal 2019 me micu keraguan sejumlah ekonom asing terhadap data Badan Pusat Statistik (BPS).Sebagaimana diberitakan, hari Selasa (5/11) ini, BPS melansir data bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2019 di angka 5,02%, sedikit melambat dari kuartal II yang sebesar 5,05% dan tiga bulan pertama 2019 yang di angka 5,07%. Pertumbuhan yang konstan di kisaran 5% sejak Presiden Joko Widodo memerintah sejak 2014.”Kami tidak begitu percaya dengan angka-angka resmi PDB Indonesia, yang stabil selama beberapa tahun terakhir,” tegas Gareth Leather, ekonom di Capital Economics Ltd yang berbasis di London, seperti diberitakan laman Bloomberg Kanada, bnnbloomberg.ca, Selasa (5/11).Dalam sebuah laporannya, Leather mengatakan berdasarkan pelacakan aktivitas yang dilakukan Capital Economics – yang didasarkan pada indikator bulanan – menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia telah melambat tajam selama setahun terakhir.Keraguan yang sama dilontarkan ekonom pada Natixis SA di Hong Kong, Trinh Nguyen. Ia mempertanyakan angka pertumbuhan yang dilansir BPS lewat cuitannya di Twitter. “Saya tidak paham bagaimana ekonomi dapat tumbuh pada tingkat yang sama untuk waktu yang panjang seperti yang dimiliki Indonesia. (Padahal) Pengeluaran pemerintah lemah& investasi melambat&impor mengalami kesulitan,” cuitnya.Suhariyanto, Kepala BPS, dalam konferensi pers di Jakarta hari ini, mengakui bahwa ketegangan perdagangan telah merusak pertumbuhan di negara maju dan berkembang, termasuk Indonesia. Angka-angka menunjukkan pertumbuhan ekspor yang hampir stagnan, sementara impor anjlok 8,96% dari tahun lalu.Angka pengangguran menunjukkan tingkat pengangguran naik menjadi 5,28% pada Agustus dibandingkan dengan 5,01% pada Februari. Indonesia hanya merilis data pengangguran dua kali setahun.Pertumbuhan pengeluaran rumah tangga melemah menjadi 5,01% pada kuartal ketiga dari 5,17% dalam tiga bulan sebelumnya, sementara belanja pemerintah merosot menjadi 0,98% dari 8,23%. Pertumbuhan investasi juga melambat menjadi 4,21% dari 5,01%