Marketnews.id Indeks manufaktur Indonesia mencatatkan rekor baru sebesar 53,2 persen. Posisi ini menjadi tanda bahwa telah terjadi pertumbuhan output dan permintaan baru. Meski terjadi peningkatan PMI, namun adanya pendemi Covid-19 masih akan berpengaruh terhadap ekspor sehingga pesanan ekspor baru tercatat menurun dalam 16 bulan berturut-turut.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menilai, realisasi angka Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia sebesar 53,2 di bulan Maret 2021 menjadi tanda bahwa telah terjadi pertumbuhan output dan permintaan baru. Indeks juga menunjukkan kenaikan solid pada kondisi bisnis yang melampaui rekor survei di Juni dan Juli 2014.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu, Febrio Kacaribu menjelaskan, meski terjadi peningkatan PMI namun adanya pandemi Covid-19 masih mempengaruhi ekspor sehingga pesanan ekspor baru tercatat menurun selama 16 bulan berturut-turut meski pada laju lebih rendah sejak November lalu.
Menurutnya, kenaikan tajam pada permintaan baru memberikan tekanan pada kapasitas operasional, sehingga mendorong perusahaan untuk meningkatkan aktivitas pembelian dan menghentikan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Sementara itu, biaya input produksi dan inflasi meningkat karena kurangnya pasokan dan sulitnya mendapatkan input dari luar negeri. Inflasi harga output juga meningkat karena produsen meneruskan beban biaya input yang lebih tinggi kepada konsumen, meski di bulan ini jauh lebih rendah dibandingkan bulan Februari.
Secara umum, produsen di Indonesia masih sangat optimis bahwa produksi akan naik pada tahun mendatang, dengan kepercayaan diri untuk berbisnis mencapai posisi tertinggi dalam 50 bulan.
“PMI Manufaktur sebagai leading indicator sektor industri pengolahan menggambarkan kondisi produksi, permintaan, dan penjualan yang terus berada pada level ekspansi dan mencapai level tertinggi. Kondisi ini menunjukkan optimisme kelanjutan pemulihan aktivitas sektor pengolahan nasional yang didorong ekspektasi peningkatan permintaan domestik,” ujar Febrio dalam keterangan persnya, Kamis (1/4).
Menurutnya, kebijakan insentif pemerintah (seperti Pajak Penjualan Barang Mewah/PPnBM Ditanggung Pemerintah untuk kendaraan bermotor) akan mendukung terwujudnya penciptaan permintaan lebih cepat. Selain itu, program vaksinasi nasional yang sedang dilaksanakan memberikan optimisme yang kuat terhadap pelaku bisnis sektor manufaktur tentang adanya pemulihan ekonomi. Pelaksanaan vaksinasi tentu akan lebih efektif dengan peningkatan upaya 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) dan 3T (testing, tracing, treatment) untuk mencapai herd immunity.
“Respon yang semakin positif dari sisi produsen harus dibarengi dengan perbaikan sisi permintaan yang semakin membaik juga. Momentum pemulihan ini akan terus dijaga dengan terus mengakselerasi program vaksinasi nasional, pelaksanaan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), dan realisasi belanja negara secara keseluruhan,” tutur Febrio.