MarketNews.id-Chandra Asri Pacific (TPIA), mengalami penyusutan pendapatan sedalam 17,3 persen secara tahunan menjadi USD1,785 miliar pada akhir tahun 2024.
Pasalnya, penjualan produk polyolefin ke pasar dalam negeri turun 9,9 persen secara tahunan menjadi USD994,56 juta. Senasib nilai ekpsor produk serupa anjlok 81,7 persen secara tahunan sisa USD29,91 juta.
Demikian juga dengan penjualan produk olefin merosot 42,1 persen secara tahunan menjadi USD37,4 juta. Nilai ekspor produk serupa juga melorot 50,6 persen secara tahunan menjadi USD144,52 juta. Lalu, penjualan butadiene menciut 3,8 persen secara tahunan menjadi USD91,975 juta.
Tapi penjualan produk styrene monomer tumbuh 5,1 persen secara tahunan menjadi USD223,94 juta. Nilai ekspor produk serupa meningkat 27,8 persen secara tahunan menjadi USD24,811 juta. Sejalan, nilai ekspor butadiene tumbuh 23,04 persen secara tahunan menjadi USD66,292 juta.
Manajemen berkilah, penyusutan pendapatan akibat gangguan eksternal dalam pasokan dan permintaan yang menyebabkan penurunan volume penjualan selama tahun 2024.
Walau beban pokok pendapatan turun 16,4 persen secara tahunan menjadi USD1,737 miliar. Tapi laba kotor tetap amblas 46,9 persen secara tahunan sisa USD48,319 juta.
Selanjutnya, emiten petrokimia milik Prajogo Pangestu ini menderita rugi sebelum pajak sedalam USD91,728 juta. Nilai itu bengkak 68,5 persen dibanding rugi sedalam USD54,5 juta.
Salah satu pos penekannya, beban keuangan naik 20,6 persen secara tahunan menjadi USD158,4 juta.
Presiden Direktur TPIA, Erwin Ciputra melaporkan rugi bersih sedalam USD69,163 juta pada akhir tahun 2024. Nilai tersebut bengkak 109,09 persen dibanding tahun 2023 yang mencatat rugi sedalam USD33,576 juta.
Dampaknya, saldo laba tidak ditentukan penggunaannya berkurang 12,84 persen secara tahunan menjadi USD672,35 juta pada akhir tahun 2024.
Sementara itu, jumlah kewajiban bertambah 4 persen menjadi US2,726 miliar per 31 Desember 2024. Pada sisi lain, Arus kas bersih yang digunakan dalam aktivitas operasi selama tahun 2024 mencapai USD158,3 juta.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh pembayaran kepada pemasok yang lebih tinggi dibandingkan dengan penerimaan dari penjualan sepanjang tahun.
Adapun rasio keuangan penting yakni marjin laba kotor 2,7 persen; marjin Ebitda 4,3 persen; utang terhadap kapitalisasi 40,6 persen; dan utang terhadap ekuitas 68,2 persen.
Abdul Segara