MarketNews.id-DFI Retail Nusantara (HERO) membukukan pertumbuhan pendapatan 3,5 persen secara tahunan menjadi Rp4,543 triliun pada tahun 2024.
Bila dirinci, pendapatan eceran tumbuh 5,7 persen secara tahunan menjadi Rp4,989 triliun. Senada, pendapatan konsyinyasi meningkat 18,07 persen secara tahunan menjadi Rp712,09 miliar. Tapi pendapatan dari rumah makan turun 13,3 persen secara tahunan menjadi Rp214,81 miliar.
Walau beban pokok pendapatan bengkak 1,94 persen secara tahunan menjadi Rp2,626 triliun. Tapi laba kotor tetap tumbuh 5,7 persen secara tahunan menjadi Rp1,917 triliun.
Namun beban keuangan mencapai Rp1,844 triliun, Ditambah biaya keuangan Rp206,7 miliar. Dampaknya, rugi sebelum pajak penghasilan sedalam Rp109,95 miliar.
Presiden Direktur HERO, Hadrianus Wahyu Trikusumo melaporkan rugi bersih Rp5,855 miliar pada tahun 2024. Nilai kerugian ini berkurang 96,2 persen dibanding tahun 2023 yang mencapai Rp132,1 miliar.
Sehingga Defisit menyusut 3,2 persen secara tahunan menyentuh Rp2,31 triliun. pada sisi lain modal kerja negatif sedalam Rp 1,449 triliun pada tanggal 31 Desember 2024.
Mengutip catatan atas laporan keuangan tahun 2024 telah audit HERO, Jumat 14 Maret 2025 bahwa perseroan melakukan berapa hal agar keluar dari kemelut keuangan itu.
Pertama, HERO telah melakukan divestasi properti non-inti sejak tahun 2022 yang akan berlanjut di tahun-tahun mendatang.
Selain itu, HERO mengoptimalkan operasi toko untuk mendorong efisiensi, mengoptimalkan rentang produk dan strategi penetapan harga, terus mengembangkan platform ritel daring seperti situs web dan aplikasi untuk meningkatkan aksesibilitasnya, dan pengendalian yang ketat atas anggaran dan pengeluaran Grup.
Apalagi telah memperoleh konfirmasi bahwa pemegang saham mayoritas tidak langsung, Dairy Farm Management Limited akan memberikan dukungan keuangan kepada HERO untuk mempertahankan posisi keuangannya .
Dairy Farm juga akan memenuhi kewajiban HERO untuk jangka waktu paling sedikit 12 bulan setelah tanggal penerbitan laporan keuangan konsolidasian yang berakhir pada 31 Desember 2024.
“Dengan tindakan-tindakan di atas, manajemen percaya bahwa tidak terdapat ketidakpastian material tentang kemampuan entitas untuk melanjutkan kelangsungan usahanya,” tulis Hadrianus.
Abdul Segara