Home / Otoritas / Bank Indonesia / Pasar Keuangan Bergejolak : Resesi AS Mengancam, Rupiah Di Bawah Tekanan

Pasar Keuangan Bergejolak : Resesi AS Mengancam, Rupiah Di Bawah Tekanan

Oleh : Arfian Prasetya Aji
Economist KISI Asset Management

MarketNews.id -Dalam pidatonya di University of Chicago minggu lalu, Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengakui bahwa ketidakpastian kian meningkat. Meski demikian, ia menegaskan bahwa ekonomi AS masih berada dalam posisi yang relatif baik dengan pasar tenaga kerja yang tetap kuat dan inflasi yang semakin mendekati target.

Powell menekankan bahwa mandat utama The Fed tetap fokus pada optimalisasi tenaga kerja dan stabilitas harga. Belakangan, kekhawatiran pasar terhadap potensi resesi semakin meningkat.

Pada 10 Maret, pasar saham AS mengalami aksi jual tajam. Nasdaq Composite turun 4%, yang merupakan penurunan harian terbesar sejak September 2022. S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average juga mengalami penurunan masing-masing sebesar 2,7% dan 2,1%.

Aksi jual ini diperparah oleh pernyataan Presiden AS, Donald Trump, yang menyebut kemungkinan adanya “periode transisi” dalam perekonomian, yang ditafsirkan sebagian investor sebagai tanda resesi yang akan datang.

Di dalam negeri, cadangan devisa Indonesia mengalami sedikit penurunan setelah sebelumnya mencapai rekor tertinggi. Hingga akhir Februari 2025, cadangan devisa tercatat turun sebesar USD 1,6 miliar menjadi USD 154,5 miliar. Penurunan ini disebabkan oleh pembayaran utang luar negeri serta intervensi Bank Indonesia (BI) dalam menjaga stabilitas rupiah.

Rupiah sempat mengalami tekanan hingga menyentuh level Rp16.561 per USD, level terburuk dalam beberapa waktu terakhir.

Menanggapi pidato Powell, Arfian Prasetya Aji (Ekonom KISI Asset Management), menyampaikan “Indikator pasar tenaga kerja AS memang masih menunjukkan kinerja yang kuat dan seimbang. Hal ini terlihat dari laporan Nonfarm Payroll yang mencatat tambahan 151 ribu pekerjaan pada Februari 2025, meningkat dari 143 ribu pada bulan sebelumnya.
Nonfarm Payroll ini mencerminkan sekitar 80% tenaga kerja yang berkontribusi terhadap PDB AS.”

Dalam hal inflasi, terutama inflasi Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), menunjukkan tren yang menurun, baik inflasi umum maupun inflasi inti (core), yang masing-masing berada di level 2,5% dan 2,6%.

Berdasarkan data tersebut, kecil kemungkinan The Fed akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat. “Diperkirakan, The Fed akan mempertahankan Fed Funds Rate (FFR) pada pertemuan FOMC tanggal 19 Maret di level upper 4,5%.

Namun, dalam beberapa bulan ke depan, peluang pemangkasan suku bunga tetap terbuka, tergantung pada perkembangan data ekonomi yang masuk.” Lanjutnya.

Arfian menambahkan, “Secara keseluruhan, volatilitas pasar meningkat dalam sepekan terakhir, didorong oleh ketidakpastian kebijakan tarif serta meningkatnya kecemasan tentang stabilitas ekonomi AS.

Aksi jual tajam mencerminkan lemahnya kepercayaan investor, yang berpotensi membuat mereka lebih berhati-hati hingga ada kepastian lebih lanjut mengenai prospek ekonomi.”

Sementara itu, di Indonesia, cadangan devisa merupakan senjata utama BI dalam menjaga nilai tukar rupiah dari guncangan eksternal.

Ketidakstabilan rupiah dapat membuat investor asing lebih berhati-hati dalam berinvestasi di Indonesia karena adanya risiko nilai tukar. Namun, Arfian menilai bahwa BI tetap konsisten dalam menjaga stabilitas rupiah.

Respon positif investor terhadap kebijakan BI terlihat dari data transaksi pada pekan pertama Maret (3-6 Maret), di mana investor asing mencatatkan net inflow sebesar Rp9,53 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan Rp0,34 triliun di pasar saham.

“Dengan kondisi ini, pasar global masih akan terus dipengaruhi oleh dinamika kebijakan The Fed, kebijakan ekonomi AS, serta kondisi ekonomi domestik masing-masing negara. Investor diharapkan tetap waspada terhadap potensi volatilitas yang masih tinggi di pasar keuangan global dan domestik.” Seru Arfian.

Check Also

Laba Bersih Bank Jabar Anjlok 23 Persen Jadi Rp1,369 Triliun Di 2024

MarketNews.id-Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (BJBR) atau Bank Jabar membukukan pertumbuhan kredit yang …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *