MarketNews.id Laporan keuangan kuartal III 2022 PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) akhirnya terbit. Sebelumnya, telah keluar peringatan tertulis dari Bursa Efek Indonesia (BEI) atas keterlambatan laporan keuangan kuartal ketiga tahun ini.
Emiten penerbangan pembawa bendera negara ini, dibanding kuartal III tahun lalu mencatat kinerja positif. Membaiknya kinerja GIAA lantaran meningkatnya jumlah penumpang karena relaksasi atas ketentuan pembatasan mobilitas masyarakat, efisien biaya oleh manajemen dan restrukturisasi keuangan yang dilakukan perseroan.
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) meraih laba bersih sebesar USD3,69 miliar pada kuartal III-2022, tumbuh 321 persen dibanding kuartal III-2021 yang mengalami rugi bersih senilai USD1,66 miliar.
VP Corporate Secretary GIAA, Mitra Piranti, mengatakan mulai September 2021, perseroan berhasil memperkecil gap negatif pendapatan dan biaya, yang disebabkan kenaikan pendapatan penumpang karena relaksasi atas ketentuan pembatasan mobilitas masyarakat, efisiensi biaya oleh Manajemen, dan restrukturisasi keuangan yang dilakukan oleh Perseroan.
“Perseroan berhasil mencatatkan laba bersih dikarenakan adanya pendapatan restrukturisasi utang seiring dengan disetujuinya perjanjian perdamaian dalam proses PKPU Perseroan yang membuat ekuitas membaik,” kata Miranti dalam bahan public expsose di situs BEI, Kamis malam 22 Desember 2022.
Pendapatan GIAA tercatat mencapai USD1,50 miliar. Tumbuh 60 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar USD939 juta. Beban usaha GIAA tercatat mencapai USD1,85 miliar. Turun enam persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar USD1,98 miliar.
Dengan demikian, laba kotor GIAA mencapai USD3,91 miliar per kuartal III-2022. Tumbuh 321 persen dibanding per kuartal III-2021 dengan rugi kotor sebesar USD1,77 miliar.
“Total aset GIAA mencapai USD5,88 miliar per kuartal III-2022. Turun 18 persen dibanding per kuartal III-2021 yang sebesar USD7,19 miliar,” ujar Mitra.
Per 30 September 2022, GIAA terpantau memiliki jumlah liabilitas yang menurun menjadi USD8,29 miliar dari USD12,30 miliar per September 2021. Sedangkan, total ekuitas hingga akhir kuartal III-2022 tercatat defisit senilai USD2,41 miliar atau meningkat dibanding per September 2021 yang mencapai defisit USD6,11 miliar.
Untuk meningkatkan kinerja usaha di 2023, emiten penerbangan ini telah menyiapkan beberapa langka strategis agar perseroan kembali mencatat kinerja positif di tahun tahun mendatang.
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), akan terus melakukan transformasi bisnis, melalui penyusunan Business Plan yang berisi lima strategi utama ke depan.
Menurut VP Corporate Secretary GIAA, Mitra Piranti, mengatakan strategi pertama adalah penurunan lease rate. Garuda telah menyelesaikan negosiasi dengan Lessor untuk menyesuaikan lease rate, sehingga lebih efisien kedepannya,” kata Mitra dalam bahan public expsose di pengumuman situs BEI.
Strategi kedua adalah optimalisasi jumlah & tipe pesawat. GIAA melakukan perubahan tipe pesawat dari 13 ke 7. Kemudian mengurangi jumlah pesawat dari 210 menjadi 120 pesawat. Optimalisasi jenis, tipe, dan tingkat utilisasi pesawat akan membuat Garuda fokus pada rute-rute profitable serta biaya-biaya terkait maintenance akan menjadi lebih efisien.
Strategi ketiga adalah Penetapan Power-by-Hour (PBH). Garuda hanya akan membayarkan biaya sewa pesawat kepada lessor sesuai dengan durasi pemakaian pesawat. Strategi keempat adalah optimalisasi route network, fokus rute domestik, selektif atas rute-rute internasional, dan Singeri Garuda-Citilink.
“Strategi kelima adalah optimalisasi pendapatan kargo dan ancillary. Memanfaatkan belly capacity untuk kargo. Menerapkan proses digitalisasi operasional. Unbundle dan memperluas product offerings untuk pendapatan ancillary,” ujar Mitra.