PT Ashmore Asset Management Indonesia mencatat beberapa peristiwa yang mempengaruhi pergerakan dana di pasar modal dalam dam luar negeri.
“Meskipun sticky inflation dapat bertahan dalam jangka pendek, inflasi dapat menurun lebih signifikan pada tahun 2023, dengan rata-rata inflasi IHK semakin melambat di tahun berikutnya,” tulis Ashmore.
Mendekati penghujung November 2022, kita perlu mencerna berbagai guncangan yang dialami sepanjang tahun. Apa yang bisa kita harapkan tentang tren dalam waktu dekat? Menurut Ashmore, sejauh ini, inflasi telah menjadi tantangan bagi sebagian besar ekonomi Asia meskipun ada tanda-tanda puncak inflasi akhir-akhir ini.
Para ekonom memperkirakan bahwa kebijakan moneter dalam bentuk kenaikan suku bunga acuan kemungkinan akan melambat. Namun, kita bisa memperkirakan beberapa kenaikan suku bunga lagi sebelum beralih ke pelonggaran suku bunga pada tahun 2023.
Menurut Ashmore, beberapa risiko termasuk inflasi mencapai tingkat yang lebih tinggi dari ekpektasi, yang sebagai akibatnya, dapat mendorong kenaikan suku bunga lebih lanjut serta penundaan penurunan suku bunga.
Jika China membuka kembali ekonominya lebih lambat dari yang diharapkan, hal itu dapat menyebabkan ekspektasi pertumbuhan yang lebih rendah pada perekonomian lainnya di Asia.
“Faktor risiko lainnya, termasuk guncangan permintaan yang menyebabkan pertumbuhan yang lebih lemah di Asia secara keseluruhan,” ungkap Ashmore.
Apa saja tren yang mungkin dihadapi Indonesia?
Ashmore berpendapat, pertumbuhan Indonesia akan paling terpengaruh oleh perlambatan global, terutama melalui ekspor dan harga komoditas yang lebih rendah. Dibandingkan dengan negara lain di Asia, porsi ekspor Indonesia relatif kecil, dengan kontribusi sekitar 20% dari PDB pada tahun 2021.
Harga komoditas yang lebih rendah dapat melemahkan sektor-sektor yang terkait dengan kelapa sawit dan minyak mentah. Namun, investasi terkait industri EV mungkin baik-baik saja, mengingat tren EV global saat ini,” papar Asmore.
Sementara itu, sebagai pengekspor batu bara terbesar dunia, Indonesia sangat diuntungkan oleh krisis energi. Namun, pada saat yang sama, Indonesia memajukan agenda hijaunya dengan membawa target nol bersih ke tahun 2060, membuat rencana kawasan industri hijau, dan beralih ke ekosistem EV dan baterai.
Kami mempertahankan pandangan kami tentang ekuitas sebagai lindung nilai inflasi sambil tetap mengawasi obligasi karena suku bunga global dapat mencapai puncaknya.