MarketNews.id Apakah inflasi imbal hasil telah mencapai puncaknya?
Ashmore menegaskan, rekor tingkat inflasi yang tinggi di seluruh dunia sangat mempengaruhi sentimen pergerakan di pasar modal.
Pada Agustus 2022, tingkat inflasi AS, Inggris, dan UE masing-masing mencapai 8,3%, 9,9%, dan 10%, menyebabkan pasar AS, Inggris, dan UE turun sekitar 6-9% selama bulan September.
Saat ini, imba hasil US Treasury (UST) 10 tahun berada pada 3,8% (tertinggi sejak 2010), dan UST2thn berada pada 4,3% (tertinggi sejak 2008). “Spread antara UST 10 tahun dan 2 tahun yang tetap negatif, menyiratkan bahwa kurva imbal hasil terbalik. Sementara itu, imbal hasil riil antara nominal UST 10 tahun dan breakeven 10 tahun AS berada di +160bps, level tertinggi sejak 2009,”.
Ashmore mencatat, pasar umumnya menyambut mode agresif The Fed dan Bank Sentral lainnya dalam menaikkan suku bunga. Konsensus saat ini memperkirakan bahwa The Fed fund rate akan mencapai 4,5% pada akhir tahun 2022 dan mungkin akan mencapai 5,2% pada tahun 2023.
Sementara itu, BOE juga berencana untuk menaikkan >150bps pada rapat awal November di tengah tekanan inflasi yang tinggi.
Kapan inflasi Indonesia akan mencapai puncaknya?
IHK tahunan Indonesia September 2022 juga naik menjadi 5,95% vs 4,69% pada Agustus lalu, karena dampak inflasi global serta kenaikan harga bahan bakar.
Setelah kenaikan harga bahan bakar sebesar 32-34% di bulan September, para ekonom memperkirakan IHK Indonesia akan mencapai 6,5-7% yoy di kuartal mendatang sebelum kembali normal ke 4% di 2H23.
“Kami melihat tekanan yang lebih dekat pada suku bunga kebijakan menuju tingkat 5-6% dalam jangka menengah dan imbal hasil obligasi Indonesai 10 tahun menuju 8-8,5% mengingat spread 400-450bps yang dipertahankan BI vs. yield UST10yr,”.
Ashmore menyimpulkan bahwa puncak inflasi sudah dekat, meskipun pasar mungkin tidak segera berbalik arah dalam jangka pendek. Harga bensin di AS dan minyak Brent telah menurun, dan ekspektasi inflasi di AS dan Zona Euro telah mencapai puncaknya.