Home / Otoritas / Bank Indonesia / Fitch Ratings Limited (London) Revisi Prospek Pertumbuhan Ekonomi Global

Fitch Ratings Limited (London) Revisi Prospek Pertumbuhan Ekonomi Global

MarketNews.id Kebijakan lockdown akibat Covid-19 yang diterapkan Pemerintah China, menekan rantai pasokan di industri manufaktur global. Bahkan terganggunya pasokan energi dan bahan makanan akibat konflik Rusia-Ukraina semakin mempercepat laju inflasi global. Akibat tekanan inflasi yang melanda Eropa dan Amerika serta negara berkembang, membuat Fitch merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi global.

Fitch Ratings Limited (London) mengoreksi prospek pertumbuhan ekonomi global maupun emerging markets di 2022, lantaran kenaikan inflasi global menekan perekonomian internasional.


“Tekanan akibat inflasi global terus meningkat, dengan implikasi yang semakin menekan prospek pertumbuhan,” kata Chief Economist Fitch Rating Limited, Brian Coulton, dalam keterangan resmi Fitch yang dikirim melalui surat elektronik, Selasa 14 Juni 2022.


Menurut Brian, kebijakan lockdown akibat Covid-19 yang diterapkan pemerintah China menekan rantai pasok di industri manufaktur global. Bahkan, terganggunya pasokan energi dan bahan makanan akibat perang Rusia-Ukraina semakin mempercepat laju inflasi global.


Dia mengatakan, tekanan inflasi juga mengalami peningkatan di sektor jasa, terutama di Amerika Serikat dan Inggris. Untuk itu, Fitch merevisi perkiraan inflasi secara luas dan tajam, terutama untuk Eropa di kuartal II-2022. “Kami menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB 2022 dunia sebesar 0,6 persen (sejak proyeksi pada Maret 2022) menjadi 2,9 persen”.


Revisi terbesar ada pada pertumbuhan ekonomi China di 2022 menjadi 3,7 persen dibandingkan proyeksi yang dilakukan pada Maret 2022 sebesar 4,8 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi AS tahun ini juga dikoreksi 0,6 persen menjadi 2,9 persen dan zona Eropa diturunkan 0,4 persen menjadi 2,6 persen.


“Kami juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia di 2023 sebesar 0,1 persen menjadi 2,7 persen. Lockdown di Shanghai akan menyebabkan PDB China turun secara beruntun dan kebijakan ‘dynamic zero’ Covid-19 yang masih berlaku tidak menunjukkan pemulihan secara cepat,” papar Brian.


Lebih lanjut Brian menegaskan, pertumbuhan ekonomi AS pada 2023 akan menurun menjadi 1,5 persen dan berlanjut menyusut jadi 1,3 persen di 2024. “Tantangan inflasi menjadi begitu nyata, sehingga bank sentral dipaksa untuk merespons dan mengabaikan forward guidance sebelumnya,” katanya.

Check Also

Kilang Pertamina Internasional Hasilkan Dekarbonisasi 430 Ribu Ton CO2 Eq

MarketNews.id-Net Zero Emission (NZE) tahun 2060 atau lebih cepat merupakan program yang perlu mendapatkan dukungan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *