Marketnews.id Lembaga pemeringkat Fitch Rating memprediksi, pertumbuhan ekonomi global akan mengalami pelambatan lantaran ada konflik Rusia- Ukraina yang berdampak pada meningkatnya harga komoditas dan naiknya inflasi yang berujung pada melemahnya pertumbuhan. Buat negara berkembang perlu dilakukan langka fiskal untuk menopang kondisi ekonomi di dalam negeri.
Fitch Ratings (Hong Kong) Limited memproyeksikan bahwa kondisi pemulihan fiskal di lingkup global pada tahun ini hingga 2023 berada dalam fase melambat, akibat kenaikan harga komoditas, inflasi, peningkatan biaya pinjaman hingga perang di Ukraina.
Menurut Global Head of Sovereigns Fitch Ratings (Hong Kong) Limited, James McCormack dalam keterangan yang dikirim melalui surat elektronik, Selasa 17 Mei 2022 pemulihan kondisi fiskal di 2022 mengalami perlambatan signifikan yang dipengaruhi sejumlah faktor.
Dia menyampaikan, faktor yang menjadi pemicu perlambatan fiskal global hingga 2023 terutama dipengaruhi oleh tren kenaikan harga komoditas, kenaikan laju inflasi secara umum, peningkatan biaya pinjaman, perlambatan pertumbuhan ekonomi (PDB) dan perang antara Rusia dan Ukraina.
Peningkatan inflasi yang dibarengi dengan perlambatan ekonomi telah menciptakan dilema pada sisi fiskal dan penerapan kebijakan moneter oleh bank sentral.
Sebagian negara yang diperingkat oleh Fitch, sejauh ini sudah melakukan langkah-langkah fiskal untuk menopang kondisi ekonomi di dalam negeri, serta mengatasi persoalan kenaikan harga.
Peningkatan suku bunga, dinilai Fitch sebagai pertanda berakhirnya era biaya pinjaman pemerintah yang sangat rendah. Meski demikian, tingkat suku bunga yang riil adalah penting untuk menciptakan pertumbuhan PDB.
“Utang jatuh tempo dalam jangka panjang menyiratkan, kenaikan beban layanan bunga akan terwujud secara bertahap”.
James mengatakan, sejauh ini kondisi fiskal negara berkembang lebih berbeda dibandingkan dengan masa sebelum pandemi. Karena, lonjakan harga komoditas mampu menopang pendapatan pemerintah dan mendorong pertumbuhan PDB nominal bagi negara pengekspor komoditas.
Sementara jumlah negara yang diberi rating CCCC oleh Fitch jumlahnya terus bertambah.
“Jumlah negara yang diberi peringkat CCC atau lebih rendah telah mendekati rekor terbanyak sejak akhir 2020” ujar James.