Marketnews.id Meskipun ada penyesuaian likuiditas perbakan sebagai dampak kebijakan GWM Bank Indonesia, namun likuiditas industri perbankan pada Maret 2022 masih berada pada level yang sangat memadai. Hal ini tercermin dari rasio Alat likuid/Non Core Deposit dan Alat Likuid/DPK masing-masing sebesar 143,64 persen dan 33,11 persen atau berada di atas threshold.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, stabilitas sektor jasa keuangan hingga Kuartal I-2022 tetap terjaga dan bertumbuh, seiring dengan peningkatan fungsi intermediasi di sektor perbankan dan industri keuangan nonbank ( IKNB ), serta menguatnya pasar domestik.
Menurut Deputi Komisioner Humas dan Logistik OJK, Anto Prabowo di Jakarta, Kamis 28 April 2022, sektor jasa keuangan yang stabil di kuartal pertama tahun ini sejalan dengan terkendalinya kondisi pandemi Covid-19 dan meningkatnya aktivitas sosial ekonomi masyarakat.
Data OJK juga mencatat bahwa tekanan eksternal terhadap perekonomian terlihat pada eskalasi perang Rusia-Ukraina, tingginya penyebaran Covid-19 di China dan ekspektasi percepatan normalisasi kebijakan moneter Federal Reserve AS.
“Masih berlanjutnya konflik Rusia-Ukraina dan lockdown di Tiongkok dikhawatirkan akan mengganggu global supply chain dan kenaikan harga komoditas. Sementara itu, peningkatan ekspektasi percepatan normalisasi kebijakan moneter The Fed telah menyebabkan kenaikan volatilitas pasar keuangan global,” papar Anto.
Namun demikian, lanjut dia, sejauh ini OJK menilai bahwa transmisi dari beberapa sentimen negatif tersebut terhadap perekonomian domestik melalui jalur sektor keuangan, sektor perdagangan dan harga komoditas relatif masih terkendali.
Indikator perekonomian domestik terus menunjukkan pemulihan, sejalan dengan penurunan jumlah kasus Covid-19, serta vaksinasi dan penerapan protokol kesehatan yang terus berjalan menjelang mudik Lebaran.
Anto menyampaikan, pasar saham Indonesia masih menguat sampai dengan 22 April 2022, tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) yang menguat 2,2 persen (month-tp-date) dan kembali mencatatkan all-time high di level 7.276 pada 21 April 2022.
“Penguatan ini juga diikuti dengan net buy non-residen di pasar saham dengan nilai mencapai Rp14,73 triliun (m-t-d)”.
Sementara itu di pasar SBN, non-residen mencatatkan outflow sebesar Rp5,74 triliun, sehingga turut mendorong peningkatan rata-rata yield sebesar 14,5 basis poin (bps).
Adapun jumlah penghimpunan dana di pasar modal melalui penawaran umum saham, obligasi dan sukuk hingga 26 April 2022 telah mencapai Rp85 triliun, dengan penambahan jumlah emiten baru sebanyak 20 emiten. “Hal ini menunjukkan optimisme investor domestik maupun global atas perekonomian domestik yang terus pulih,” ujar Anto.
Lebih lanjut dia menyampaikan, fungsi intermediasi perbankan pada Maret 2022 mencatatkan tren positif, dengan pertumbuhan kredit sebesar 6,67 persen (year-on-year) atau sebesar 1,75 persen (month-to-month).
Secara sektoral, mayoritas sektor utama mencatatkan kenaikan kredit secara m-t-m, terutama perdagangan, manufaktur dan rumah tangga masing-masing sebesar Rp20,2 triliun, Rp19,3 triliun dan Rp16,7 triliun. “Hal tersebut mencerminkan dukungan perbankan dalam pemulihan ekonomi nasional terus membaik”.
Adapun jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) mencatatkan pertumbuhan sebesar 9,95 persen (y-o-y) atau sebesar 1,32 persen (m-t-m), terutama didorong oleh giro yang bertumbuh sebesar Rp88,56 triliun.
Pada sektor IKNB , piutang perusahaan pembiayaan terpantau dalam tren meningkat, dengan nilai nominal tercatat sebesar Rp374 triliun per akhir Maret 2022 terutama didorong oleh jenis pembiayaan modal kerja dan investasi.
Premi asuransi umum sudah mulai bertumbuh positif per 31 Maret 2022, yakni sebesar 3,8 persen (y-o-y), setelah sebulan sebelumnya terpantau terkontraksi sebesar 3,5 persen. Namun, premi asuransi jiwa per 31 Maret 2022 masih terkontraksi sebesar 14,1 persen (y-o-y).
Selanjutnya, profil risiko lembaga jasa keuangan per akhir Maret 2022 masih terjaga, dengan rasio NPL gross menurun menjadi sebesar 2,99 persen dan rasio NPF perusahaan pembiayaan stabil di level 2,78 persen.
Selain itu, Posisi Devisa Neto (PDN) Maret 2022 kembali menurun menjadi sebesar 1,37 persen atau berada jauh di bawah ambang batas ketentuan sebesar 20 persen.
Walaupun terdapat penyesuaian likuiditas perbankan sebagai dampak kebijakan kenaikan GWM Bank Indonesia, namun likuiditas industri perbankan pada Maret 2022 masih berada pada level yang sangat memadai.
Hal ini tercermin dari rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit dan Alat Likuid/DPK masing-masing sebesar 143,64 persen dan 32,11 persen atau berada di atas threshold yang masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.
Dari sisi permodalan, perbankan mencatatkan permodalan yang relatif stabil, yakni pada Maret 2022 sebesar 24,8 persen atau jauh di atas threshold.
Industri asuransi jiwa dan asuransi umum mencatatkan RBC yang masing-masing meningkat 535,4 persen dan 322,3 persen atau berada di atas threshold 120 persen. Gearing ratio perusahaan pembiayaan yang tercatat sebesar 1,94 kali atau jauh di bawah batas maksimum 10 kali.