Marketnews.id Kekhawatiran masyarakat dan dunia usaha atas konflik Rusia-Ukraina ternyata hingga saat ini belum berpengaruh buruk terhadap perekonomian nasional. Meningkatnya harga komoditas unggulan ekspor Indonesia jadi bantalan perekonomian masih tetap terjaga.
Selama masa konflik sejak 24 Pebruari, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tumbuh positif. Sementara negara lain terkontraksi tajam. Begitu juga dengan kurs rupiah hingga kini hanya terkontraksi 0,2 persen sementara negara lain terkontraksi lebih dalam lagi mata uang nya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan, Indonesia relatif mampu menahan gejolak pasar yang diakibatkan konflik Rusia dan Ukraina, terlihat dari Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) bergerak ke arah positif dan nilai tukar rupiah masih relatif stabil.
“Indonesia relatif dapat menahan gejolak tersebut sejauh ini,” tegas Sri Mulyani dalam Webinar Fitch on Indonesia 2022 di Jakarta, Rabu 16 Maret 2022.
Ia menjelaskan, ketahanan pasar keuangan domestik tersebut terjadi di tengah volatilitas pasar keuangan global yang meningkat karena ekonomi kedua negara sangat terpukul akibat perang.
IHSG domestik tercatat tumbuh 0,5 persen selama invasi Rusia, yakni pada 25 Februari sampai 11 Maret 2022, sehingga secara keseluruhan meningkat 5,2 persen sejak 1 Januari sampai 11 Maret 2022.
Penguatan tersebut cukup tinggi jika dibandingkan negara lain yang cenderung terkontraksi antara lain seperti Filipina, Singapura, Vietnam, Jepang, Tiongkok, Amerika Serikat, Inggris, Thailand, Korea Selatan, dan Jerman.
Hal tersebut, kata dia, juga terlihat dari nilai tukar rupiah yang meningkat 0,4 persen pada 25 Februari sampai 11 Maret 2022, meski secara keseluruhan tahun atau sejak 1 Januari sampai 11 Maret 2022 sedikit terkontraksi 0,2 persen.
Namun, depresiasi mata uang Garuda sejak awal tahun cukup rendah jika dibandingkan dengan Thailand, Singapura, Jepang, India, Argentina, Filipina, bahkan Eropa.
“Ini menunjukkan bahwa dalam konteks perekonomian Indonesia, baik jika dilihat dari neraca pembayaran maupun komposisi ekonomi, saya kira kita relatif tangguh dari negara-negara tersebut,” ungkap Sri Mulyani.
Meski begitu, ia menegaskan tak berarti pemerintah Indonesia akan meremehkan dampak jangka panjang dari konflik kedua negara, yang kemungkinan akan sangat kompleks nantinya, pungkas Sri Mulyani.