Home / Otoritas / Bank Indonesia / SKK Migas : Harga Migas Akan Terus Berfluktuasi Tinggi Dan Memberi Kontribusi Optimal Buat Negara

SKK Migas : Harga Migas Akan Terus Berfluktuasi Tinggi Dan Memberi Kontribusi Optimal Buat Negara

Marketnews.id Harga minyak yang terus meroket sejak konflik Rusia-Ukraina posisinya sudah seperti harga tertinggi 10 tahun lalu. Posisi harga minyak mentah USD 125 per barel diperkirakan akan berfluktuasi diharga tinggi. Harga minyak ini diprediksi masih akan bertahan selama konflik Rusia-Ukraina belum juga berakhir. Apalagi Rusia salah satu pemasok minyak dunia yang produktif dan jalur suplainya melintasi wilayah konflik.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memperkirakan harga migas di pasar internasional masih akan terus berfluktuasi di level tinggi seiring dengan kondisi geo politik dunia yang bergejolak. Terlebih dengan kondisi geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang juga mengganggu suplai, sehingga harga minyak dunia sempat menembus angka USD125 per barrel.


Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, menjelaskan, level USD125 per barel itu merupakan harga minyak tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Menurutnya, harga masih akan terus berfluktuasi, di tingkat yang tinggi.

Hingga tahun 2025, harga gas diprediksi akan cukup tinggi akibat minimnya proyek LNG yang financial investment decision (FID) di periode 2015-2018, serta keterlambatan konstruksi proyek akibat pandemi Covid-19.


“Setelah tahun 2025, pasokan gas diperkirakan mulai meningkat dari proyek yang FID di tahun 2019, namun tetap masih dibawah pertumbuhan demand jangka panjang sehingga harga diprediksi akan kembali meningkat,” ujar Dwi dalam acara CEO Forum ketiga di tahun 2022 dengan tema Boosting Investment Towards Achieving Long Term Planning, Rabu 16 Maret 2022.


Lebih lanjut, Dwi Soetjipto menambahkan bahwa industri hulu migas harus dapat mengambil momentum harga migas yang tinggi ini dengan segera mengambil langkah-langkah untuk mempercepat dan meningkatkan pelaksanaan program kerja tahun 2022. Sebab menurutnya migas akan terus berperan dan dibutuhkan dalam pembangunan, terlebih dengan tingginya harga minyak dunia memberikan kontribusi yang optimal bagi penerimaan negara.


Tahun 2021, lanjutnya, penerimaan negara dari hulu migas mencapai USD13,67 miliar atau setara Rp206 triliun dan mencapai 188,8 persen dari target APBN 2021 yang sebesar USD7,28 miliar.

Namun demikian, perlu juga diketahui bahwa kondisi capaian produksi dan lifting tahun 2021, masih di bawah dari target yang ditetapkan dalam APBN 2021 dan Long Term Plan (LTP) Industri Hulu Migas, sehingga perlu adanya program recovery plan.


“Karena itu, tahun 2022 akan menjadi kunci agar target LTP tetap on the right track. Jika kita bisa mencapai target 2022 yang ditetapkan tinggi, maka akan menjadi pondasi yang kuat bagi upaya untuk menutup selisih yang ada, sehingga target 2030 yaitu produksi minyak 1 juta barel dan gas 12 BSCFD akan tetap bisa direalisasikan,” lanjutnya.

Check Also

Laba Bersih Semen Indonesia Tbk (SMGR) Turun 58 Persen Di Kuartal III 2024

MarketNews.id-Semen Indonesia (SMGR), mengalami penyusutan pendapatan sedalam 5,07 persen secara tahunan menjadi Rp26,294 triliun pada …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *