Marketnews.id Keputusan Pemerintah melarang perusahaan tambang batubara melakukan ekspor hingga akhir Januari 2022 berdampak berbeda buat masing-masing perusahaan tambang.
Buat PT Indika Energy Tbk (INDY), keputusan tersebut berpotensi akan wanprestasi buat INDY terhadap konsumennya. Larangan ekspor ini diakui berdampak material terhadap perusahaan terutama anak usaha yang memiliki kegiatan usaha di bidang Batubara.
PT Indika Energy Tbk (INDY) mengaku, kebijakan pelarangan ekspor batubara di sepanjang Januari ini berpotensi memicu terjadinya kasus wanprestasi yang akan dihadapi perseroan, namun saat ini manajemen perusahaan sedang berupaya meminimalkan risiko yang muncul dari kebijakan pemerintah tersebut.
“Akan terdapat potensi wanprestasi atas kontrak dengan pelanggan, pemasok dan/atau pihak terkait lainnya, tergantung dari berapa lama larangan ekspor batubara diberlakukan,” sebut INDY saat merespons pertanyaan Bursa Efek Indonesia (BEI) seperti dikutip Kamis, 6 Januari 2022.
Melalui surat yang disampaikan kepada BEI tertanggal 5 Januari 2021, manajemen INDY mengaku bahwa larangan ekspor batubara yang dilakukan pemerintah bisa memberikan dampak material terhadap perseroan, terutama anak-anak perusahaan yang memiliki kegiatan usaha utama di bidang batubara.
“Sampai saat ini, kami masih melakukan penelaahan atas dampak larangan tersebut terhadap kinerja keuangan, operasional, permasalahan hukum dan kelangsungan usaha perseroan dan entitas anak,” kata Corporate Secretary INDY, Adi Pramono dalam keterangan resmi perseroan.
Dia menyampaikan, larangan ekspor batubara selama kurun 1-31 Januari 2022 dapat memberikan dampak terhadap hilangnya pendapatan dari penjualan batubara dan kerugian lainnya, seperti demurrage, pembatalan tongkang dan kapal, serta pinalti.
Namun demikian, jelas Adi, INDY akan tetap patuh terhadap ketentuan larangan ekspor batubara dan memenuhi ketentuan pasokan dalam negeri (Domestic Market Obligation/DMO). “INDY juga akan melakukan komunikasi secara intensif dengan pembeli luar negeri dan bernegosiasi untuk meminimalkan risiko maupun dampak komersial akibat tertundanya pengiriman di Januari”.
Selain itu, lanjut Adi, INDY akan berupaya menyesuaikan tingkat produksi —jika proses pelarangan ekspor tetap berlangsung— untuk menjaga level stok agar tidak melebihi kapasitas.
“Sampai saat ini belum ada fakta atau kejadian penting bersifat material yang dapat mempengaruhi harga Efek perseroan, keputusan investasi para pemodal, serta kelangsungan hidup perseroan yang belum diungkapkan kepada publik,” tuturnya.