MarketNews.id-Diversifikasi pembiayaan APBN, merupakan salah satu cara untuk memperluas sumber pendanaan berbasis investor global. Bila selama ini Pemerintah dominan menerbitkan SUN berdenominasi mata uang Amerika dan Jepang. Untuk kali pertama Pemerintah terbitkan SUN berdenominasi Dolar Australia.
Tapi siapa nyana, peminatnya membludak hingga 10 kali dari target indikatif. Fakta ini memungkinkan Pemerintah untuk menurunkan tingkat imbal hasil.
Pemerintah Republik Indonesia untuk pertama kalinya menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) berdenominasi dolar Australia atau Kangaroo Bond senilai total AUD800 juta.
Penerbitan perdana ini dilakukan melalui program Australian Medium-Term Notes ( AMTN ), pada 7 Agustus 2025 dan akan terbit resmi pada 14 Agustus 2025.
Instrumen tersebut terdiri dari dua seri, yakni RIAUD0830 bertenor 5 tahun dengan nilai AUD500 juta dan kupon 4,40%, serta RIAUD0835 bertenor 10 tahun senilai AUD300 juta dengan kupon 5,30%.
Final yield masing-masing tercatat 4,427% dan 5,380%, dengan reoffer spread SQ ASW +90 bps dan SQ ASW +135 bps.
Minat investor terbilang tinggi. Total order book mencapai sekitar AUD8 miliar atau 10 kali lipat dari target indikatif.
Permintaan yang melimpah memungkinkan pemerintah menurunkan tingkat imbal hasil hingga 25 bps untuk tenor 5 tahun dan 30 bps untuk tenor 10 tahun dari panduan awal.
“Penerbitan perdana Kangaroo Bond oleh Pemerintah Indonesia merupakan langkah strategis untuk diversifikasi pembiayaan APBN , memperluas basis investor global, sekaligus menjadi milestone kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Australia,” kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati dalam siaran pers, Jumat 8 Agustus 2025.
Sementara itu, Jim Chalmers, Treasurer of Australia, menilai penerbitan ini menunjukkan kemitraan ekonomi yang solid antarnegara. “Kami sangat senang melihat betapa cepat dan antusiasnya pasar merespon obligasi dolar Australia pertama dari Pemerintah Indonesia,” katanya.
Obligasi ini mendapat peringkat Baa2 dari Moody’s, BBB dari S&P, dan BBB dari Fitch. Dana hasil penerbitan akan digunakan untuk pembiayaan APBN 2025. ANZ, Standard Chartered Bank, dan UBS bertindak sebagai joint lead managers dalam transaksi ini.