MarketNews.id- Adaro Minerals Indonesia (ADMR), menargetkan penjualan 5,6 juta ton- 6,1 juta ton batu bara metalurgi atau tumbuh sampai 8,9 persen dibanding penjualan tahun 2024 yang mencapai 5,62 juta ton.
Presiden Direktur ADMR, Christian Ariano Rachmat mengatakan, menyiapkan belanja modal USD300 juta hingga USD325 juta sepanjang tahun 2025.
“Anggaran belanja modal itu salah satunya diperuntukan sebagai suntik modal kepada Smelter Aluminium Kalimantan Aluminium Industry,” tulis dia dalam keterangan resmi dikutip Selasa 4 Maret 2025.
Sementara itu, ADMR menghasilkan pendapatan usaha sebesar USD1.154 miliar pada tahun 2024 atau naik 6 persen secara tahunan.
Peningkatan pendapatan tersebut terjadi saat ASP turun 16 persen akibat melemahnya harga batu bara metalurgi.
Tapi dengan kenaikan sebesar 26 persen pada volume penjualan mengofset dampaknya terhadap pendapatan.
“Produk Enviromet ADMR dijual ke para pelanggan blue-chip di berbagai lokasi yang tersebar di Jepang, China, India, Indonesia, dan Korea Selatan,” ungkap Ariano.
Namun beban pokok pendapatan bengkak 15 persen secara tahunan menjadi USD576,39 juta. Pemicunya, Kenaikan 30 persen volume produksi mencapai 6,63 juta ton baru mengakibatkan kenaikan 26 persen pada biaya penambangan menjadi USD188,06 juta.
Peningkatan produksi juga memicu kenaikan 24 persen pada biaya pengolahan menjadi USD61,01 juta, dan kenaikan 16 persen pada biaya pengangkutan dan penanganan menjadi USD135,11 juta.Selain itu, Konsumsi bahan bakar pada naik 24 persen.
Sehingga laba kotor tergerus 1 persen menjadi USD577,79 juta. Bahkan laba usaha turun 5,9 persen secara tahunan menjadi USD540,34 juta. Demikin juga laba tahun berjalan menyusut 1,3 persen secara tahunan menjadi USD434,76 juta.
Senasib laba bersih emiten milik Christian Ariano Rachmat, Crescento Hermawan, Garibaldi Thohir, Michael W. P. Soeryadjaya itu menyusut 1,1 persen secara tahunan menjadi USD436,6 juta pada akhir tahun 2024.
Sehingga laba per saham melorot ke level USD0,0107 per lembar pada akhir tahun 2024. Sedangkan akhir tahun 2023 berada di level USD0,0108 per helai.
Sementara itu, jumlah kewajiban turun 13 persen menjadi USD571,33 juta. Pemicunya, kewajiban jangka panjang turun 25 persen menjadi USD336,04 juta setelah melunasi pinjaman dari pihak berelasi, dengan jumlah pembayaran sebesar USD323,77 juta.
Pada sisi lain total ekuitas naik 45 persen menjadi USD1,502 miliar karena kenaikan 51 persen pada saldo laba menjadi USD1,290 miliar.
Abdul Segara