MarketNews.id- BTN Syariah membukukan laba bersih sebesar Rp535 miliar pada kuartal III-2024 atau meningkat 33,6 persen secara tahunan dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp401 miliar.
Direktur Utama BBTN, Nixon LP Napitupulu menjelaskan, kenaikan laba bersih BTN Syariah ditopang oleh penyaluran pembiayaan yang meningkat 19,3 persen secara tahunan menjadi Rp42,7 triliun dibandingkan Rp35,7 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
“Kami merasa bangga bahwa BTN Syariah mampu menunjukkan performanya yang gemilang secara konsisten dan semakin memantapkan posisinya sebagai salah satu pemain utama di pasar pembiayaan perumahan berbasis syariah,” ujar Nixon.
Nixon melanjutkan, BTN Syariah juga berhasil mencatatkan pertumbuhan penghimpunan DPK 31,5 persen secara tahunan menjadi Rp47,6 triliun.
“Pertumbuhan yang positif di sisi pembiayaan dan penghimpunan DPK berhasil menopang peningkatan aset BTN Syariah yang mencapai Rp57,7 triliun per kuartal III-2024 atau tumbuh 19,2 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp48,4 triliun,”terang dia.
Sedangkan induk BTN Syariah, BBTN menyalurkan kredit dan pembiayaan sebesar Rp356,1 triliun per akhir September 2024 atau tumbuh sebesar 11,9 persen secara tahunan.
Pencapaian tercatat di atas pertumbuhan rata-rata kredit industri perbankan nasional yang mencapai 10,9 persen secara tahunan.
Nixon mengatakan, pertumbuhan kredit BTN ditopang oleh permintaan yang meningkat di KPR, terutama KPR Subsidi seiring dengan masih tingginya kebutuhan akan perumahan yang layak dan terjangkau di Indonesia.
Saat ini terdapat 24,6 juta rumah yang masih tergolong tidak layak huni, dengan jumlah backlog kepemilikan rumah nasional yang mencapai 9,9 juta.
Nixon menuturkan, KPR Subsidi masih menyumbang porsi terbesar terhadap keseluruhan portofolio kredit BTN.
Hingga September 2024, perseroan menyalurkan KPR Subsidi sebesar Rp172,7 triliun, meningkat 9,5 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Nixon mengungkapkan, sebanyak 75 persen debitur KPR Subsidi BTN merupakan kelompok Millenial, yang merupakan kategori usia produktif sekitar 21 tahun hingga 35 tahun.
“Hal ini menandakan bahwa generasi muda Indonesia, terutama yang berpenghasilan rendah dan menengah, masih menganggap rumah sebagai salah satu kebutuhan utama dan trennya masih akan meningkat seiring pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Nixon.
Sementara untuk KPR Non Subsidi, BTN juga melihat prospek yang cerah berdasarkan tingginya minat masyarakat segmen kelas menengah atas atau KPR dengan ticket size di atas Rp750 juta yang dilayani oleh pusat Sales Center.
Hingga bulan Oktober 2024, BTN telah mengoperasikan sembilan Sales Center, dengan tiga di antaranya terletak di kawasan menengah ke atas di Jakarta, yakni Pantai Indah Kapuk, Pondok Indah, dan Cibubur.
Nixon mengatakan, nasabah yang dilayani Sales Center memiliki rata-rata saldo tabungan tiga kali lipat lebih tinggi ketimbang nasabah Non Subsidi pada umumnya.
Sales Center juga mengontribusikan lebih dari 20 persen total penyaluran KPR Non Subsidi BTN. “Melihat prospeknya yang positif, kami berencana menambah Sales Center sampai 15 kantor hingga akhir 2025,” ungkap Nixon.
Pada saat yang sama, lanjut Nixon, BTN mencatat pertumbuhan di segmen kredit bermargin tinggi, yang tumbuh 20,1 persen secara tahunan menjadi Rp15,9 triliun per September 2024.
Seiring dengan peningkatan penyaluran kredit, Nixon menegaskan bahwa BTN tetap menerapkan kehati-hatian dan mitigasi risiko yang ketat untuk menjaga kualitas kredit. Hal itu terlihat dari rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross yang turun menjadi 3,2 persen pada September 2024, dari 3,5 persen pada periode yang sama tahun lalu.
“Tingkat NPL BTN akan terus menurun pada akhir tahun karena kami akan menyelesaikan bulk asset sales pada bulan Desember dengan nilai sekitar Rp1,1 triliun hingga Rp1,5 triliun,” ungkap Nixon.
Kendati terdapat penurunan rata-rata tabungan masyarakat dengan saldo di bawah Rp100 juta secara nasional, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) BTN secara keseluruhan tetap positif.
Tercatat, total DPK BTN mencapai Rp370,7 triliun hingga akhir September 2024, bertumbuh 14,5 persen secara tahunan dibandingkan dengan Rp323,9 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Pertumbuhan DPK BTN masih lebih tinggi dari pertumbuhan industri perbankan nasional sebesar 7,04 persen, menandakan mesin pendanaan BTN bekerja dengan optimal.
Nixon mengatakan, pertumbuhan DPK BTN terutama ditopang oleh peningkatan di giro sebesar 25,9 persen secara tahunan per kuartal III-2024.
Abdul Segara