MarketNews.id-Investor menuntut manajemen Bumi Resources Minerals (BRMS) untuk menekan biaya operasional agar dapat meningkatkan profitabilitas yang akan berdampak pada imbal hasil yang maksimal.
Seperti disampaikan mantan Direktur Utama Bursa Efek Jakarta, Hasan Zein Mahmud pada media sosialnya, Senin 7 Oktober 2024.
“Kalau pendapatan naik tinggi, tapi biaya naik dalam persentase yang lebih tinggi maka net profit margin akan terus menurun. Mampukah perusahaan beroperasi dengan efisien?” ulas Hasan
Bila hal itu terus langsung, Hasan menilai siklus bisnisnya telah mencapai puncaknya dan tidak akan mampu bergerak terlalu jauh.
Padahal dia menaksir potensi pertumbuhan pendapatan luar biasa dari Emas 3 Poboya. Emas 4 Gorontalo. Tembaga Gorontalo. Emas Aceh dan Banten. Seng dan timbal Dairi.
“Saya berharap manajemen (red-BRMS) membaca catatan saya di bawah ini, dan menjawab nya kepada publik – terutama investor ritel – dalam bentuk rilis atau dalam forum ekspose publik,” pinta dia.
Terakhir BRMS melaporkan membukukan laba bersih senilai USD8,958 juta pada semester I 2024, atau naik 61,8 persen dibanding periode sama tahun lalu yang setara USD5,561 juta.
Hasil itu mendongkrak laba per 1.000 saham dasar ke level USD0,06 per lembar pada akhir Juni 2024. Sedangkan akhir Juni 2023 berada di level USD0,04 per helai.
Laba tersebut hanya dapat mengikis defisit 1,14 persen dibanding akhir tahun 2023 menjadi USD775,89 juta pada akhir Juni 2024.
Sedangkan pendapatan melonjak 306 persen secara tahunan menjadi USD61,268 juta pada semester 1 2024.
Tapi beban pendapatan juga ikut melambung 346 persen secara tahunan menjadi USD30,687 juta pada akhir Juni 2024.
Pemicunya, biaya bahan baku naik 500 persen secara tahunan menjadi USD18,23 juta. Bahkan, pembayaran royalti melejit 328 persen secara tahunan menjadi USD6,08 juta.
Sehingga laba kotor naik 275 persen secara tahunan menjadi USD30,5 juta. Adapun rasio keungan penting lainnya PER 261,54X; PBV 2,4X; ROA 0,79 persen; ROE 0,92 persen.
Abdul Segara