MarketNews.id Pemecahan harga saham, merupakan salah satu cara agar saham perusahaan semakin banyak beredar dan semakin likuid di pasar.
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) telah mendapat restu dari pemegang saham untuk lakukan pemecahan saham atau stock split dengan rasio 1:2. Dengan stock split ini, harga saham perseroan akan lebih murah dan akan semakin terjangkau investor ritel atau investor pemula.
Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), Royke Tumilaar menyatakan, keputusan pemegang saham untuk menyetujui usulan pemecahan nilai saham (stock split) akan menarik minat investor muda memiliki saham perseroan.
Menurut Royke, pelaksanaan stock split yang dilakukan dalam RUPSLB pekan lalu merupakan komitmen perseroan untuk terus berpartisipasi dalam mendorong perkembangan pasar modal di Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa perseroan memecah nilai saham dengan rasio 1:2.
“Saat ini, kami melihat saham BBNI masih menjadi pilihan investasi yang layak, karena dari segi valuasi, rasio price to book value (PBV) BBNI masih berada di kisaran 1,2 kali, yang sangat menarik jika dibandingkan dengan perusahaan perbankan lain yang PBV-nya sudah melebihi 2 kali,” ujar Royke dalam keterangan resminya, Senin 25 September 2023.
Royke menambahkan, dengan adanya stock split, saham BBNI dapat lebih aktif, dan frekuensi transaksi di pasar saham akan meningkat. Di samping itu, para investor juga akan mendapatkan manfaat karena harga saham perseroan menjadi lebih terjangkau, dan porsi kepemilikan saham menjadi lebih besar.
“Terlebih lagi, semakin banyak investor generasi muda dan milenial yang berinvestasi di saham-saham IDX 30 dan LQ 45,” tambah Royke.
Menurut dia, PBV BBNI saat ini masih di bawah rata-rata 10 tahun terakhir, yang mencapai 1,4 kali. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa saham BBNI saat ini masih dihargai lebih rendah dari seharusnya.
Sementara itu, program transformasi yang berorientasi pada penguatan fundamental terus berjalan dan memberikan dampak positif.
Hal ini terlihat dari menguatnya permodalan, pergeseran portofolio ke nasabah blue chip, kualitas aset yang sehat terlihat dari penurunan rasio NPL dan credit cost, serta profitabilitas yang tumbuh sehat.
Progress ini akan memastikan Perseroan dapat terus membukukan peningkatan ROE (Return on Equity) yang berkelanjutan ke depan.
“Pada Juni 2023, perseroan mencatat ROE sebesar 15,3 persen. Perseroan memiliki target menengah jangka panjang untuk mencapai ROE sebesar 18 persen pada tahun 2025, sehingga PBV memiliki potensi untuk terus meningkat ke depan,” tukasnya.
Saat ini, konsensus analis di pasar modal menetapkan fair value saham BBNI sebesar Rp11.393 per lembar. Nilai ini setara dengan market cap sebesar Rp212,5 triliun atau tumbuh 20 persen dari market cap BBNI saat ini yang mencapai Rp176,7 triliun.
Dengan outlook yang positif ini, perseroan berkomitmen untuk meningkatkan nilai investasi yang unggul bagi investor. Melalui langkah stock split ini, BNI berharap demand atas saham akan meningkat seiring dengan pertumbuhan basis investor yang lebih luas.
“Kami berharap langkah ini dapat diapresiasi oleh para investor. BNI tetap berkomitmen untuk terus mencatat kinerja keuangan yang meningkat dan berkelanjutan dalam jangka panjang,” ujar Royke.