Home / Otoritas / Bank Indonesia / Ashmore : 2022 Penuh Tantangan. Investasi Di Ekuitas Masih Jadi Prioritas. Tingkat Bunga Capai Puncaknya Di 2023

Ashmore : 2022 Penuh Tantangan. Investasi Di Ekuitas Masih Jadi Prioritas. Tingkat Bunga Capai Puncaknya Di 2023

MarketNews.id
Mencermati perkembangan selama setahun terakhir dan prospek tahun ke depan, berikut pendapat Ashmore dalam Weekly Commentary, Jumat 16 Desember 2022.

Menurut Ashmore, tahun 2022 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi pasar modal global. Peristiwa penting seperti langkah  hawkish  The Fed menaikkan suku bunga mendorong bank sentral di seluruh dunia untuk mengikuti langkah serupa untuk mempertahankan nilai tukar.

Sementara itu, ketegangan geopolitik yang timbul akibat perang antara Rusia dan Ukraina selanjutnya berujung pada krisis energi global.

Pembukaan kembali China dan masa jabatan ketiga Presiden Xi Jinping – yang mengalihkan perhatian ekonomi dunia kembali ke China – serta puncak inflasi di beberapa negara ekonomi utama – yang didukung oleh data inflasi terbaru yang mendorong sentimen The Fed yang lebih  dovish  – seiring dengan harapan akan berbalik menguat pada tahun 2023.

Dalam kasus Indonesia, Ashmore menambahkan, indeks IHSG membukukan pertumbuhan sebesar 3,51 persen, dan arus modal asing membukukan  net inflow  sebesar USD4,2 miliar ytd. Pada tahun 2022, Indonesia mengalami  supercycle  komoditas dan tetap menjadi pemain yang kuat dibandingkan dengan negara lain, di tengah situasi global yang penuh tantangan, dan menarik aliran asing.

Indonesia juga mengalami peningkatan inflasi yang dimulai dari langkah pemerintah mengurangi subsidi BBM untuk menjaga APBN pada tahun berikutnya.

Selain itu, Indonesia mencatatkan perkembangan positif terkait hilirisasi komoditas, mulai dari nikel karena Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, didukung oleh tren yang berkembang dalam peralihan kendaraan bermesin bakar ke listrik (EV) seiring dengan insentif dan keuntungan penggunaan EV. “Pengembangan hilirisasi ini akan menjadi salah satu fokus Indonesia di tahun berikutnya,” tulis Ashmore.

Dalam hal suku bunga global, Ashmore mengekspektasikan perlambatan dan akhirnya arah lintasan suku bunga, yang di mulai dari keputusan suku bunga The Fed pada pertengahan 2023. Ekonom memperkirakan pembukaan kembali China akan berdampak positif pada beberapa ekonomi padat turis, seperti Thailand.

Sementara itu, Ashmore memperkirakan, harga komoditas global kemungkinan tidak akan bergeser secara signifikan akibat pembukaan kembali China, karena kenaikan tingkat produksi meredam guncangan harga. Selain itu, Indonesia akan mengalami tahun prapemilu pada tahun 2023, yang secara historis telah memberikan keuntungan bagi perekonomian.

“Secara keseluruhan kami mempertahankan posisi kami untuk tetap berinvestasi di ekuitas. Sebaliknya, tingkat inflasi tetap lebih tinggi dari suku bunga, dan tetap berhati-hati terhadap obligasi karena kami mengantisipasi puncak kenaikan suku bunga pada tahun 2023.”

Check Also

Laba Bersih Bank Jabar Anjlok 23 Persen Jadi Rp1,369 Triliun Di 2024

MarketNews.id-Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (BJBR) atau Bank Jabar membukukan pertumbuhan kredit yang …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *