MarketNews.id Pelaku bisnis pesimistik melihat gelagat Bank Sentral AS (FED) kekeh Akan Terus menaikan tingkat bunga guna menekan laju inflasi. Dampaknya, harga minyak mentah dunia sepakat naik rata rata sekitar dua dolar per barelnya pada perdagangan Jum’at ini.
Harga minyak melesat, Jumat petang, karena dolar melemah dan risiko pasokan tetap menghantui pasar, meski kekhawatiran resesi dan wabah Covid China terus membebani harga.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, melonjak USD2,06, atau 2,18%, menjadi USD96,73 per barel pada pukul 15.04 WIB, dan berada di jalur untuk mencatat kenaikan mingguan lebih dari 0,5%, demikian laporan Reuters, di Singapura, Jumat 4 November 2022.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melambung USD2,23, atau 2,54%, menjadi USD90,41 per barel, menuju kenaikan mingguan lebih dari 2%.
Kedua kontrak tersebut menguat karena dolar tergelincir. Depresiasi greenback meningkatkan permintaan minyak karena membuat komoditas tersebut lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.
Kendati kekhawatiran permintaan membebani pasar, pasokan masih diperkirakan tetap ketat, dengan embargo Eropa yang akan datang terhadap minyak Rusia segera dimulai dan penurunan stok minyak mentah Amerika.
“Prospek makro yang semakin suram memberikan beberapa tantangan kuat ke pasar minyak dan tanpa pengurangan pasokan yang diumumkan oleh OPEC Plus pada Oktober, minyak kemungkinan akan diperdagangkan pada level yang jauh lebih rendah,” kata Warren Patterson, Head of Commodities Strategy ING.
Pemotongan OPEC Plus memberikan beberapa stabilitas ke pasar dalam jangka pendek, meski ini kemungkinan akan berubah setelah larangan Uni Eropa terhadap minyak Rusia mulai berlaku bulan depan bagi minyak mentah dan Februari untuk produk olahan, papar dia.
Kekhawatiran resesi di Amerika Serikat, konsumen minyak terbesar dunia, meningkat pada Kamis setelah Chairman Federal Reserve Jerome Powell mengatakan “sangat prematur” untuk berpikir tentang menghentikan kenaikan suku bunga.
“Momok kenaikan suku bunga lebih lanjut meredupkan harapan peningkatan permintaan,” kata analis ANZ Research.
Sementara Bank of England, Kamis, memperingatkan bahwa Inggris telah memasuki resesi dan ekonomi mungkin tidak akan tumbuh selama dua tahun lagi.
Analis ANZ menunjukkan tanda-tanda permintaan yang lebih lemah di Eropa dan Amerika Serikat dengan orang-orang yang mengemudi lebih sedikit serta Amazon memperingatkan penjualan yang lebih lemah, yang dapat mengurangi permintaan untuk produk penyulingan.
Menggarisbawahi kekhawatiran permintaan, Arab Saudi memangkas harga jual resmi (OSP) Desember bagi minyak mentah Arab Light andalannya ke Asia sebesar 40 sen menjadi premi USD5,45 per barel versus rata-rata Oman/Dubai.
Pemotongan itu sejalan dengan perkiraan sumber perdagangan, yang didasarkan pada prospek permintaan China yang lebih lemah.
China tetap “keukeuh” mempertahankan pembatasan Covid-19 yang ketat ketika kasus meningkat, Kamis, ke level tertinggi sejak Agustus.