Home / Market & Update / Bank Indonesia Jamin Likuiditas Perbankan Tetap Likuid Dan Posisi AL/DPK Tinggi 29,46 Persen

Bank Indonesia Jamin Likuiditas Perbankan Tetap Likuid Dan Posisi AL/DPK Tinggi 29,46 Persen

MarketNews.id Bank Indonesia (BI), berkomitmen untuk menjaga kondisi likuiditas perbankan untuk tahun ini dan tahun depan tetap longgar karena siklus keuangan yang masih meningkat dan berharap penyaluran kredit dan pembiayaan terus didorong. Meningkatnya tingkat bunga acuan memang membuat khawatir banyak pihak, dimana perbankan dikhawatirkan akan menahan laju kredit karena likuiditas yang semakin ketat.

Bank Indonesia (BI) menjamin likuiditas perbankan di tahun ini dan tahun depan tetap longgar. Dengan begitu perbankan bisa lebih leluasa dalam menyalurkan kredit atau pembiayaannya tanpa harus khawatir kekurangan dana.

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, kondisi likuiditas di perbankan meningkat dan memadai dalam mendukung intermediasi. Pada Oktober 2022, rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masih tinggi mencapai 29,46% dan meningkat dari bulan sebelumnya.

“BI komitmen untuk menjaga kondisi likuiditas perbankan untuk tahun ini dan depan tetap longgar karena siklus keuangan kita masih naik. Jadi kita harapkan penyaluran kredit dan pembiayaan oleh perbankan terus didorong,” ucap Perry dalam konferensi pers virtual setelah menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG), Kamis 17 November 2022.

Dijelaskan bahwa posisi likuiditas sebesar 29,46 persen tersebut menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah bahkan jika dibandingkan sebelum pandemi yang saat itu paling tinggi sebesar 21 persen.

Perry menambahkan likuiditas yang longgar itu tercermin dari uang beredar dalam arti sempit (M1) dan luas (M2) yang tumbuh masing-masing sebesar 14,9% (yoy) dan 9,8% (yoy).

Lebih lanjut, dalam rangka pelaksanaan Kesepakatan Bersama Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan, Bank Indonesia melanjutkan pembelian SBN di pasar perdana. Ini sejalan dengan program pemulihan ekonomi nasional serta pembiayaan penanganan kesehatan dan kemanusiaan dalam rangka penanganan dampak pandemi Covid-19 sebesar Rp142,35 triliun hingga 15 November 2022.

“Ini salah satu dukungan BI dari sisi kebijakan makroprudensial, disamping insentif GWM (Giro Wajib Minimum) untuk terus mendorong penyaluran kredit tetap meningkat,” pungkas dia.

Check Also

Kilang Pertamina Internasional Hasilkan Dekarbonisasi 430 Ribu Ton CO2 Eq

MarketNews.id-Net Zero Emission (NZE) tahun 2060 atau lebih cepat merupakan program yang perlu mendapatkan dukungan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *