MarketNews.id Semakin kuatnya permodalan Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), jadi salah satu alasan Bank BUMN terbesar ini yakin mampu memberikan dividen buat pemegang sahamnya lebih dari 70 persen dari laba yang di raih. Saat ini, posisi CAR BBRI sebesar 25 persen, melampaui batas minum lembaga perbankan dikisaran 17,5-18 persen. Artinya, BBRI masih memiliki peluang untuk terus bertumbuh sejalan dengan permodalan yang dimiliki saat ini.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) memastikan akan tetap membagikan dividen lebih dari 70 persen dari laba bersih, karena sejauh ini besaran rasio kecukupan modal (CAR) perseroan masih jauh di atas ketentuan Basel III.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Direktur Utama BBRI, Sunarso saat pelaksanaan Public Expose Live 2022, Rabu 14 September 2022. “Selama kurun dua sampai empat tahun ke depan, Bank BRI bisa membagikan dividen di atas 70 persen dari laba bersih,” tegas Sunarso.
Menurut dia, berdasarkan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maupun Basel III, batas minimum CAR lembaga perbankan berada di kisaran 17,5-18 persen. Sehingga, lanjut dia, setidaknya BBRI akan menjaga CAR pada rentang 19-20 persen, mengingat per akhir Juni 2022 masih sebesar 25 persen.
Lebih lanjut dia menambahkan, besaran CAR BBRI per Semester I-2022 yang mencapai 25 persen tersebut sekaligus memastikan bahwa selama dua sampai tiga tahun ke depan, perseroan tidak akan melakukan aksi korporasi penambahan modal.
Dalam pemaparannya, Sunarso menyampaikan, di saat kondisi perekonomian dunia yang masih bergejolak akibat ancaman inflasi, BBRI tetap mampu mencatatkan kinerja yang solid. “Hal tersebut tak terlepas dari strategic response yang tepat, sehingga BRI dapat terus tumbuh secara resilience dan bisa mendukung pemulihan ekonomi nasional,” ucapnya.
Pada Semester I-2022, BBRI sudah mampu membukukan laba bersih mencapai Rp24,9 triliun atau meningkat 98,4 persen (year-on-year). Sedangkan, total aset BBRI per 30!Juni 2022 bertumbuh 6,4 persen (y-o-y) menjadi Rp1.652,8 triliun, dengan jumlah penyaluran kredit tercatat meningkat 8,7 persen (y-o-y) menjadi Rp1.104,8 triliun.